Tingginya kecendrungan golput juga terjadi pada pilkada gubernur maupun kabupaten/kota. Tak terkecuali juga di Sumatera Barat. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai atau pun calon, menjadi salah satu hal yang mendasari tingginya angka golput.
Baca Juga : Politik dan Etika Berkelindan dalam Pengisian Jabatan Wawako Padang
Menghadapi pilkada serentak pada 9 Desember 2015 mendatang, baik itu pilkada gubernur dan pilkada di 13 kabupaten/kota di Sumbar, harusnya menjadi tantangan bagi KPU Sumbar dan kabupaten/kota setempat dan juga para calon kepala daerah untuk mampu mengurangi angka golput dan meningkatkan partisipasi pemilih sehingga hasil pilkada benar-benar adalah mencerminkan pilihan dari masyarakatnya.
Koordinator Divisi Perencanaan Teknis dan Penyelenggaraan Pemilu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumbar M.Mufti Syarfie menilai kecendrungan angka golput pada pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015 mendatang akan menurun, jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya (Pilpres).
Baca Juga : Jangan Terlalu Bersedih Jika Kamu Dihinakan
Pasalnya, pada pilkada ini masyarakat mempunyai hubungan emosional secara langsung dengan calon dan masyarakat juga mempunyai banyak kepentingan yang nantinya akan disampaikan pada calon kepala daerah.
“Kalau pemilihan kepala daerah ini kan masyarakat sudah kenal dengan calon, apalagi masyarakat punya hubungan emosional yang bagus dengan calon yang akan mereka pilih. Begitu juga dengan calon gbernur dan wakil, kan hanya dua pasang calon. Kedua pasang calon ini juga sudah dikenal oleh masyarakat, dan trackrecordnya masyarakat juga sudah tahu,” ungka mantan wartawan senior ini, Kamis (6/8).
Baca Juga : Mengapa Isu Presiden 3 Periode Kembali Berhembus?
Untuk mengantisipasi, KPU RI juga sudah menjadikan tanggal 9 Desember 2015 itu menjadi libur nasional tidak libur daerah saja. Hal ini dilakukan supaya tidak ada kendala atau nanti ada daerah yang mempunyai kebijakan berbeda-beda, dan akan menyulitkan bagi yang bekerja diluar daerah.
“Misalnya ada masyarakat Agam yang bekerja di Padang Panjang, tapi mereka tidak bisa memilih di Agam karena di Padang Panjang tidak libur. Jadi dengan seragamnya kebijakan dari KPU RI maka tidak ada alasan untuk masyarakat tidak datang ke TPS memilih,” ulasnya.
Baca Juga : Perang Inovasi dalam Era Disrupsi
Menurutnya, yang menjadi tugas berat bagi KPU saat ini adalah bagaimana merubah paradigma dan pemikiran masyarakat bahwa pemilihan kepala daerah ini tidak hanya semata-mata gawenya penyelenggara (KPU) saja. Namun juga gawenya seluruh elemen masyarakat, LSM, akademisi, tokoh-tokoh masyarakat, dan parpol.
“Nanti kita akan lebih perkuat komitmen dan hubungan dengan berbagai element tersebut, dan kita berencana nanti akan mengajak kelompok media untuk mensosialisasikan bagaimana supaya semarak pilkada di Sumbar ini benar-benar tercapai sesuai dengan yang diharapkan,” ujarnya.
Meskipun tantangan besar yang akan dihadapi oleh KPU, namun pihaknya akan tetap berupaya dengan berbagai langkah yang pertama dengan langkah membersihkan dahulu DPT, “Kita benar-benar harus memilahkan mana warga yang benar-benar mempunyai hak pilih di sini, kalau orangnya merantau tapi punya hak pilih di sini kita akan minta supaya mendorong keluarganya untuk datang ke TPS memilih,” ujarnya.
Kemudian KPU juga akan merubah strategi sosialisasi, supaya ada inklusisme karena pilkada ini tidak hanya milik KPU. Tapi juga menjadi tanggungjawab dan milik masyarakat, dan semua pemangku kepentingan baik itu pemilih, pasangan calon, partai politik termasuk juga masyarakat rantau yang tidak memilih di Sumbar.
“Kemarin kita sudah koordinasi dengan masyarakat rantau, salah satunya Mantan Walikota Padang yang juga tokoh masyarakat Sharul Wujud. Untuk bisa mendorong sanak saudaranya untuk ramai-ramai datang ke TPS menggunakan hak pilihnya. Yang paling penting adalah masyarakat menggunakan hak pilihnya, soal siapa yang akan dipilih itu biarlah menjadi hak politik warga,” jelasnya.
Bagi KPU, saat ini akan mencoba mengangkat pasangan calon kepala daerah ini ke panggung kompetisi, dan pihaknya juga berharap jangan hanya satu pasang calon. Karena nanti saat KPU mengangkat pasangan calon kepermukaan masyarakat akan menilai, dan memberikan pendapatnya.
“Kita juga mendorong KPPS untuk mengajak masyarakat lebih pro aktif datang ke TPS, nah inilah upaya-upaya kami yang akan dirumuskan dalam waktu dekat ini sesuai dengan kondisi yang ada di daerah Sumbar saat ini,” ujarnya.
Target 75 Persen di Kabupaten Solok
KPU Kabupaten Solok berharap, pada pilkada 9 Desember mendatang partisipasi pemilih mencapai angka 75 persen. Karena dari total pemilih yang terdaftar sebagai pemilih tetap pada pilkada 2010 silam, partisipasi pemilih hanya mencapai angka 64,65 persen, sedangkan angka golput (golongan putih ) atau tidak memilih 35,35 persen atau sebanyak 153.406 orang tidak memberikan pilihannya.
” Kita perkirakan angka golput mampu ditekan hingga 25 persen, ini mengacu kepada data penyelenggaran pemilu dan pilkada sebelumnya, yang tidak pernah mencapai angka 75 persen,” kata Ketua KPU Kab. Solok Elwiza menjawab Haluan di Koto Baru.
Menurutnya, sampai hari ini berbagai upaya sosialisasi untuk mendongkrak partisipasi pemilih di daerah penghasil beras itu terus dilakukan. Upaya itu, kata Elwiza adalah dengan melakukan klasifikasi atau pengelompokan pemilih seperti kelompok pemula, keagamaan, adat dan perempuan.
Setelah klasifikasi ini dilakukan, baru ditentukan sistem dan metode sosialisasinya. Seperti untuk kelompok pemilih pemula, KPU akan menggandeng sekolah-sekolah, kelompok keagamaan dengan menggandeng Kemenag. Begitupun untuk kelompok adat dengan bekerja sama dengan lembaga adat seperti KAN dan LKAM, dan kelompok perempuan bersama organisasi-organisasi perempuan lainnya. “ Dengan cara itu, kita harapkan partisipasi pemilih pada Pilkada mendatang dapat ditingkatkan,” jelas Elwiza.
KPU Agam Minimalkan Golput
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Agam, bakal semaksimal mungkin meminimalkan angka golput pada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di Kabupaten Agam. Saat ini KPU sudah menurunkan tim riset ke tingkat masyarakat terkait bagaimana mengantisipasi terjadinya golput.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Agam, Al Hadi, Rabu (5/8) mengatakan, KPU akan melakukan usaha maksimal untuk meningkatkan, partisipasi pemilih dalam Pilkada di Kabupaten Agam. Kajian bagaimana melakukan hal itu, sudah ada di tangan tim riset KPU Kabupaten Agam.
Ia menjelaskan, jika ditarik kebelakang jumlah angka pemilih di Kabupaten Agam cukup baik, pada pelaksaan pemilu. Tetapi jumlah tersebut mesti ditingkatkan pada masa selanjutnya. Pada pelaksanaan pemilihan presiden kemarin, partisipasi pemilih mencapai 67 persen, dengan angka golput lebih kurang, 33 persen. Selanjutnya partisipasi pemilih pada, pemilihan umum legislatif, mencapai, 69 persen, dengan angka golpun lebih kurang, 31 persen.
Sementara partisipasi pemilihan umum kepala daerah, pada periode sebelumnya pada tahun 2010, mencapai, 72 persen, dengan angka golput, lebih kurang mencapai, 28 persen. Menurut Al Hadi, angka-angka pencapaian partisipasi pemilih tersebut, juga akan menjadi acuan untuk mengantisipasi angka golput kedepan.
“ Kita berharap, partisipasi pemilih bisa meningkat. KPU Akan semaksimal mungkin untuk mencapai hal tersebut. untuk mendapatkan hal itu, kita sudah melakukan riset, dan bakal diamplikasikan melalui kegiatan, dan sosialisasi di tengah masyarakat,” ungkap Al Hadi.
KPU Pasaman: Perlu Kerja Keras
Parsentase partisipasi masyarakat pemilih di Kabupaten Pasaman menurun pada dua kontes demokrasi tahun kemarin.
Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) yang digelar 9 April 2014 lalu, partisipasi pemilih di Pasaman mencapai 76 persen namun partisipasi ini menurun pada Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014 lalu, hanya berkisar pada 72 persen.
Menurunnya partisipasi masyarakat pemilih di Pasaman menjadi pertanyaan besar dan ancaman meningkatnya angka Golongan putih (Golput) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar pada 9 Desember 2015 mendatang.
Ketua KPU Pasaman Jajang Fadli melalui Komisioner KPU Aprina Herawati menyebutkan, KPU Pasaman belum menetapkan target partisipasi pemilih untuk Pilkada mendatang. Namun, target Nasional untuk Pilkada serentak ditetapkan sebesar 77,5 persen.
”Kalau kita bandingkan target Nasional tahun ini dengan partisipasi pilkada pasaman tahun 2010 lalu, sekitar 78 persen, kami optimis target nasional dapat dicapai, bahkan bisa lebih,” ujar Aprina (Lala) Herawati, Jumat, kemarin.
Untuk menelusuri faktor penyebab menurunnya angka partisipasi pemilih pada dua pesta demokrasi 2014 lalu, pihak KPU Pasaman bekerja sama dengan lembaga survei Revolt Institute. “Inilah yang akan disurvei oleh tim riset tersebut. Apa saja yang menyebabkan masyarakat lebih banyak tidak ikut memilih. Kalau kondisi ini dibiarkan, maka ancaman golput pada Pilkada tidak bisa dielakkan,” lanjutnya.
Menurut Aprina, seharusnya partisipasi pemilih lebih tinggi pada kontes Pilpres dibandingkan Pileg tetapi yang terjadi sebaliknya. Jika Pilpres bisa disamakan konteksnya dengan Pilkada, maka tidak menutup kemungkinan partisipasi pemilih pada Pilkada nanti tidak mampu melebihi capaian target Nasional.
Untuk mengatasi hal itu, pihak KPU selain mengadakan riset, juga memaksimalkan sosialisasi, baik melalui agen demokrasi, duta sekolah, dan kegiatan-kegiatan sosialisasi Pilkada yang telah dijadwalkan dengan pihak kecamatan. Tidak hanya itu, PPK dan PPS juga diberi anggaran untuk mengadakan sosialisasi. (*)
Laporan:
ENI/RINA/FERI/YUTISWANDI/DAYAT/LENI