“Akibat kemarau, optimalisasi lahan persawahan dalam upaya percepatan swasembada pangan di Sawahlunto hanya terealisasi 20 persen,” ujar Heni Purwaningsih kepada Haluan.
Baca Juga : Pantauan Perkembangan Virus Corona di Sumbar: Positif 204, Sembuh 99, dan Meninggal Dunia 3 Orang
Dari 800 hektar lahan yang direncanakan, lanjutnya, hanya 20 persen yang terealisasi secara optimal. Akibatnya, terjadinya penurunan produktivitas pertanian, yang sangat besar.
Sekitar 20 persen lahan yang terealisasi itu, lanjutnya, lahan pada persawahan yang bersumber dari pengairan irigasi. Sedangkan lahan lainnya yakni lahan sawah tadah hujan tidak dapat terealisasi.
Baca Juga : Pasca Oknum Pegawai Lapas Terlibat Narkoba, Kalapas Bukittinggi Gelar Razia dan Bentuk Tim Khusus
“Dari total luas areal persawahan di kota ini 1.680 hektar, 796 hektar sudah teraliri jaringan irigasi. Sedangkan 884 hektar lainnya merupakan sawah tadah hujan. Jadi anomali cuaca yang terjadi saat ini, sangat berdampak pada upaya peningkatan produktifitas. Yang paling sulit itu, pada persawahan tadah hujan, yang sama sekali tidak dapat kita efektifkan. Sehingga, produktifitas menurun sangat drastis dari jumlah yang diharapkan,” katanya.
Untuk itu, jelas Heni, mengatasi kekeringan yang terjadi ini, dana DAK tersebut dioptimalkan pada upaya upaya penguatan jaringan irigasi, di antaranya rehabilitas jaringan irigasi, pengembangan irigasi baru.
Baca Juga : Aksi Pencurian Kotak Amal di Dharmasraya Ini Terekam CCTV
Selain itu, juga melakukan pengembangan ketersediaan irigasi meliputi pencarian sumber-sumber air dengan membuat embung dan dam parit, serta pembuatan jalan jalan usaha tani.
“Mudah-mudahan dana tersebut bisa segera cair, dan kondisi cuaca akan segera membaik, sehingga tidak membuat hasil panen padi masyarakat menjadi berkurang,” katanya.(h/mg-rki)
Baca Juga : Pemerintahan Kecamatan IV Jurai Lakukan Vaksinasi Covid-19