Heri mengatakan saat ini sedang dilakukan pembatasan impor sapi. Hal itu menjadi wujud konkret perwujudan kedaulatan pangan. Pada kwartal III-2015, kata Heri, izin impor sapi yang sekarang ada di Kemendag hanya 50 ribu ekor. Angka itu menurun drastis dari kwartal sebelumnya yang mencapai 270 ribu ekor.
Baca Juga : PKS Kota Batam Targetkan Perolehan Kursi Dua Kali Lipat di Pemilu 2024
“Pembatasan impor tersebut membuat mafia sapi dan eksportir luar menjadi was-was. Mereka terpukul karena akan kehilangan potensi omset triliunan rupiah,” kata Politikus Gerindra itu.
Ia menduga, mafia sapi berupaya melakukan rekayasa agar pemerintah tetap impor. Sinyalemen rekayasa itu makin kuat. Mafia-mafia itu sedang berusaha memainkan harga hingga mencapai angka tertinggi seperti sekarang.
Baca Juga : Daftarkan Logo Partai atas Nama SBY, Ketua DPC PD Dharmasraya: Cegah Penyalahgunaan oleh Pihak Lain
“Secara sengaja mereka mendistorsi pasokan. Targetnya jelas yakni menciptakan situasi yang seolah-olah situasi makin kritis, dan kemudian memaksa Kemendag melakukan intervensi radikal impor,” ujarnya.
Heri mengungkapkan rekayasa mafia terstruktur. Modusnya mulai dari memainkan harga beli sapi di peternak serendah mungkin, hanya berkisar Rp25 - 30 ribu per kilo dan memotong sapi betina bunting untuk dijual di pasar. Peternak sapi tidak punya pilihan sama sekali selain menjual sapi mereka dengan harga murah.
Baca Juga : DPC Partai Demokrat Dharmasraya Sampaikan Surat Pengaduan dan Perlindungan Hukum ke Polres Setempat
“Lebih-lebih di saat musim kemarau seperti sekarang, di mana pakan ternak sulit didapat. Kenyataan di lapangan harga sapi di beberapa daerah masih murah bahkan peternak masih kesulitan jual sapi di pasar,” katanya.
Ia pun meminta Kementerian Perdagangan lebih proaktif dan segera melakukan intervensi harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi serta harga khusus terutama menjelang Idul Adha.
Baca Juga : Terjun ke Politik, Athari Gauthi Ardi: Ingin Kampung Seperti Jakarta
Selain itu,katanya, Kemendag harus lebih pro aktif berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait seperti Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan dan pengamanan distribusi.
“Jangan sampai peternak-peternak itu terus menjual sapinya ke lingkaran mafia. Harus dipastikan juga sebisa mungkin peternak tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tapi, dalam bentuk karkas (daging segar) secara langsung ke pasar,” imbuhnya. (h/trn)