“Turun sedikit dibanding tahun lalu dengan total kapasitas panen dari periode yang sama mencapai 4,7 ton per hektar. Ini terjadi akibat rentannya tanaman padi terserang hama penyakit pada saat musim kering ini,”katanya.
Baca Juga : Perawat Florida Terancam Bui 5 Tahun, Usai Ancam Bunuh Kamala Harris
Akan tetapi sebut Henny, hal itu belum mengganggu kebutuhan pangan masyarakat Sawahlunto, karena surplus beras yang tercapai tahun lalu sampai saat ini masih mampu dipertahankan dan tetap stabil sampai akhir tahun nanti.akan tetapi penurunan tersebut telah memicu kenaikan harga gabah kering ditingkat petani lokal.
“Menjaga ketersediaan pengairan persawahan selama kemarau, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah strategis, diantaranya pencarian sumber air baru dekat areal sawah yang tidak dialiri irigasi , pembangunan embung dan dam parit serta perbaikan dan rehab saluran irigasi”sebutnya.
Baca Juga : Ikuti Langkah AS, Giliran Ceko Usir 18 Diplomat Rusia
Dana yang dipakai untuk langkah langkah itu jelas Henny, merupakan bantuan pemerintah pusat, sebagai upaya menjaga ketahanan pangan dengan membantu petani tadah hujan, agar tetap bisa meningkatkan hasil panennya dengan optimal. Tercatat 800 hektar areal persawahan di Sawahlunto adalah lahan tadah hujan. Sementara yang telah teraliri irigasi sekitar 700 hektar.
“Saat ini kita melakukan pemetaan ketersediaan sumber sumber air pada lahan yang ada, sehingga ketersediaan air pada saat musim tanam berikutnya tetap terjaga kendati pada musim kemarau,”tambahnya. (h/mg-rki)
Baca Juga : Sempat Mengaku Capai Herd Immunity, India Kini Diterjang 'Tsunami' COVID-19