Di antara Warga 7 Kota Jabodetabek itu, tampak Dewi Fortuna Anwar, Deputi Sekretariat Wapres Bidang Politik dan Emilia Suhaimi, Depui IV Kementerian Negara Koperasi dan UKM, dan Ganefri. Koordinator Kopertis Wilayah X. Selain itu tampak pula Mayjen (Purn) Zulfahmi, Marsekal (Purn) Alinur, Ketua Yayasan 7 Koto Talago wilayah Riau, dr Riswandi dan anggota DPRD Kabupaten 50 Kota dapil 7 Koto Putra Satria Feri.
Baca Juga : Pantauan Perkembangan Covid-19 di Sumbar: Positif 114, Sembuh 92, dan Meninggal Dunia 1 Orang
Tadinya, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rohmin Dahuri juga akan hadir, tapi batal karena ada saudaranya pesta di Pekanbaru. Istri Rohmin Dahuri berasal dari Jorong Tanjungjati, 7 Koto Talago. Begitu juga dengan Hardi, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Bangka Belitung, tidak jadi hadir karena sedang mempersiapkan acara pelantikannya sebagai Plt Bupati Belitung Timur, kampong Gubernur DKI, Ahok.
Acara HBH dimeriahkan dengan permainan KIM dan penyanyi kocak Mak Pono dan Piak Kunyuik yang berhasil mengoyong pangguh HBH Balai Prajurit, Marinik, Cilandak, Jakarta Selatan.
Baca Juga : Update Zonasi Covid-19 di Sumbar Minggu Ke-57, Kabupaten 50 Kota Jadi Zona Merah
‘’Jadi Deklarasi Cilandak ini merupakan bentuk komitmen warga perantauan untuk ikut terlibat secara aktif membangun kampuang 7 Koto Talago. Program pertama adalah memperbaiki Balai Godang Nagori 7 Koto yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan,’’ kata Ketua Yayasan 7 Koto Talago wilayah Jabodetabek
Pada kesempatan itu, Dewi Fortuna Anwar meminta agar dibuat program-program untuk pembangunan 7 Koto Talago, apalagi kenagarian 7 Koto sudah mencatat sejumlah prestasi di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Baca Juga : Antisipasi Karhutla, Sumbar akan Tambah Alat Gurdian
‘’Kalau bisa kita bangun komunikasi dua arah, antara perantauan dan warga di kampong, supaya sama-sama kita bangun kampong halaman kita,” kata Dewi direktur Habibie Research Center dan peneliti LIPI itu.
Sedangkan Emilia Suhaimi menyatakan akan membantu pembangunan 7 Koto melalui program-program yang sedang dikembangkan pemerintah, seperti rehabilitasi pasar tradisional menjadi pasar yang modern.
Baca Juga : Kualitas Udara di Sumbar Masih Kategori Sangat Baik
‘’Kami juga tengah mendata bidang-bidang usaha yang belum punya hak paten, seperti rending. Di 7 Koto Talago banyak sekali produk yang belum dilindungi hak paten, ini akan kita coba upayakan, sehingga pengusaha UKM di 7 Koto bisa terlindungi,” kata Emil.
Kenagarian 7 Koto itu terdiri dari tujuh jorong (desa) antara lain: Koto Kociak, Padang Jopang, Sipingai, Padang Kandi, Ampang Godang, Tanjuang Jati dan Talago. Jorong Talago dipilih sebagJai pusat Kanagarian VII Koto Talago, dimana pada jorong tersebut terdapat sebuah Rumah Godang yang biasa digunakan sebagai tempat musyawarah dan perhelatan nagari.
Pada tahun 1944, Soekarno pernah datang ke nagari ini menemui Syekh Abbas Abdullah dan Syekh Mustafa Abdullah untuk meminta pendapat tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh tersebut merupakan ulama kaum muda dan pendiri Madrasah Darul Funun, Padang Jopang.
Pada tanggal 6 Juli 1949, di kanagarian itu juga pernah terjadi pertemuan antara Delegasi Bangka pimpinan Mohammad Natsir dan J Leimen dengan Syafrudin Prawiranegara serta pejuang PDRI lainnya, terkait dengan pengembalian mandat PDRI pasca Perjanjian Roem-roijen.
Dari daerah 7 Koto Talago lahir sejumlah tokoh dan cendikia, seperti Abbas Abdullah, pendiri Sumatera Thawalip, Aslim Tadjudin, mantan deputi gubernur Bank Indonesia, Kamardi Thalut, professor Unand, Prof. Syafrudin Karimi, Prof Helmi, Adri Sandra, penulis puisi dan prosa, Prof,Drs Ganefri. MPd,PHd Koordinator Kopertis Wilayah X, dan Brigjend Purn, Drs Aditiyawarman Thaha (Mantan Staf Ahli Panglima TNI). (h/ds)