Salah satu masyarakat Padang Pariaman yang belum merasakan manfaat proragm PPS itu adalah Wendrizal (16) yang menderita penyakit keropos tulang, Ia hanya bisa tidur dengan menelentang, dan sesekali ia memiringkan wajahnya ke samping kiri dan kanan. Dan itulah yang bisa ia kerjakan setiap hari bersama orang tua dan saudaranya di Korong Tabek, Kenagarian Katapiang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman.
Baca Juga : Selama Bertugas Jadi Gubernur Sumbar, Mahyeldi Tak Ingin ASN Pemprov Terlibat Kasus Hukum
Setiap hari ia hanya berada dikamar yang telah disediakan oleh orang tuanya, di kamar itulah ia makan dan dikamar itu pula ia mandi. Lumpuh yang dialami Wendrizal itu semenjak ia baru pandai berjalan, dan ia terjatuh saat berjalan di halaman rumah, setelah itu sampai sekarang ia mengalami lumpuh akibat tulang rapuh.
Kepada Haluan, Nurlis (60) orang tua Wendrizal menceritakan, semenjak ia mulai lumpuh sampai sekarang belum ada mendapat bantuan dari Pemerintah Padang Pariaman. Bahkan sudah diberitahu ke Puskesmas setempat, tapi tidak ada tindakan yang dilakukan oleh Puskesmas pada ketika itu, hari terus berlalu tentu usianya bertambah tua saja, yang namanya penyakit tetap bertahan pada tubuh yang kurus itu.
Baca Juga : Isi Galeri di Pekanbaru, Disperindag dan UKM Pariaman Siapkan 100 Kodi Mukena Tiap Bulan
Nurlis mengatakan, Wendrizal ini adalah anak yang ke 7 dari 8 bersaudara dan orang tua lelakinya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang silam. "Kami hanya bekerja sebagi buruh petani, dengan hasil itu kami bisa menghidupi anak dan biaya lain yang dibutuhkan oleh Wendrizal ini," ujar Nurlis.
Setiap hari katanya, ketika melihat anak-anak tetangga yang begitu lincah seusia dengannya, hati ini terharu dan bercampur sedih. Betapa tidak, anak-anak tetangga itu pagi sekolah dan setelah itu bermain dan berlari disekitar rumah, tapi Wendrizal hanya bergolek saja dengan bermain sendiri dan kadang-kadang ditemani adik dan kakaknya. Hanya satu yang menjadi penghibur dirinya, yaitu televesi sekedar untuk melihat indahnya dunia serta berbagai informasi yang terjadi diatas bumi ini.
Baca Juga : Pemda Padang Pariaman Siapkan DAU 8% untuk Tangani Covid-19
Kalau makan, Wendrizal ini kadang-kadang bisa makan sendiri, dan sesekali makan disuapin, setiap pagi dan sore ia dimandikan di kamar tempat tidur yang telah disediakan kamar mandinya, kalau untuk buang hajat ditampung dan setelah itu dibuang. Dia menjelaskan, untuk meringankan beban biaya untuk menghidupi Wendrizal, kadang ada bantuan dari korong ini setiap bulan.
Derita yang dialami sekarang ini, sudah pula dikadukan oleh Nurlis ke Badan Amil Zakat (BAZ) Padang Pariaman, tapi sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda akan mendapat bantuan. "Dan sekarang ini, kami hanya bisa berharap kepada Pemerintah Padang Pariaman untuk membantu meringankan beban yang kami alami, karena dengan mencari uang sebagai buruh tani, kadang ada kerja kadang tidak ada, apalagi dikampung ini pekerja sebagi buruh sudah banyak," terangnya.
Baca Juga : Polri Sebut 12 Teroris yang Ditangkap di Jatim Sumbangkan 5% Gaji ke Jamaah Islamiyah
Sekarang ini katanya, Nurlis bersama anak-anaknya tinggal pada sebuah rumah yang cukup sederhana, kalau dilihat diruang tamu rumah belum dicukupi oleh perabotan seperti yang ada pada rumah orang lain.
"Di rumah inilah kami saling berbagi kebahagian bersama anak-anak, termasuk Wendrizal. Untuk itu, sebagai masyarakat biasa, tentu kami sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk pengobatan anak saya ini," harap Nurlis. (h/bus)