Peringkat kedua dalam kategori Unand Award tahun 2009 yang disponsori oleh Dewan Penyantun Unand diraih lagi oleh sang pendiri Museum Nagari Dr. Sawirman di Nagari Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman ini. Sang pencetus Teori BREAK (Teori Pergerakan Wacana), Teori Genealogi Wacana dan Teori Elipsis Strategis yang bernaung dalam paradigma besar e135 ini juga mendapat peringkat kedua dalam Forum Unand Award tahun 2011.
Baca Juga : Politik dan Etika Berkelindan dalam Pengisian Jabatan Wawako Padang
Tahun 2012 adalah tahun keberuntungan bagi dosen yang pernah menjadi guest lecturer di Warsaw University, Collogium Civitas, dan Nicolaus University tahun 2014 di Polandia ini. Berbasis teori Postdiscourse of Sawirman-e135 (PAS-e) dan SAWIRMAN KEYWORD ENGINE versi 1.0 yang digagasnya, Sawirman mendapat peringkat peneliti terbaik dalam kategori hibah Bersaing oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2012.
Melalui penyeleksian berjenjang di tahun 2015, peringkat pertama dosen berprestasi di tingkat Jurusan Sastra Inggris dalam proses penyeleksian tanggal 26 April 2015 berhasil disabet oleh Dr Sawirman. Peringkat terbaik di tingkat Fakultas Ilmu Budaya berhasil pula diperolehnya dalam proses penyeleksian tanggal 28 April 2015 di Ruang Senat Fakultas Ilmu Budaya.
Baca Juga : Jangan Terlalu Bersedih Jika Kamu Dihinakan
Forum pemilihan dosen berprestasi tanggal 31 Agustus 2015 pasca mempresentasikan novelties-nya dalam makalah berjudul One Decade of e135 (2005—2015): book, software, theories, museum, and other novelties kembali memilih Sawirman sebagai dosen berprestasi peringkat kedua di Unand Tahun 2015. Hadiah beserta sertifikat diserahkan oleh Rektor Universitas Andalas Werry Darta Taifur kepadanya dalam Dies Natalis Universitas Andalas ke-59, 14 September 2015.
Dengan apa yang sudah diraihnya sejauh ini, Sawirman berharap ada perubahan paradigma berpikir untuk para peneliti dan akademisi di Indonesia, termasuk Universitas Andalas. Karena, hal yang dibutuhkan Universitas Andalas saat ini adalah penambahan jumlah penggagas (creators), bukan follower agar universitas ini menjadi universitas riset yang handal.
Baca Juga : Mengapa Isu Presiden 3 Periode Kembali Berhembus?
Disebutnya, saat ini peningkatan peluang riset untuk semua disiplin memang sudah banyak, akan tetapi skim riset untuk menciptakan teori-teori baru masih dipandang aneh di negeri ini sehingga belum ada skim-nya. Seakan-akan, pemilik hak paten untuk penciptaan teori-teori baru hanya milik para “dewa putih”.
Alhasil, para penggagas di Indonesia masih merasa menjadi single fighter. Kebanyakan peneliti masih berjuang dengan spirit sendiri tanpa henti secara swadaya. Padahal, teori-teori yang ada secara inheren dapat mengangkat nama universitas di level internasional dan nasional.
Baca Juga : Perang Inovasi dalam Era Disrupsi
“Adalah hal yang diharapkan agar para dosen bukan hanya sekadar meneliti, tetapi juga mampu melahirkan sejumlah paradigma fundamental atau teori-teori baru selain produk-produk nyata yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas,” ujarnya.
Menurutnya universitas yang ada di Indonesia termasuk Universitas Andalas harus memiliki mazhab keilmuan sendiri (schools of thought) sesuai dengan bidang ilmu masing-masing yang bisa dijual ke kancah internasional. Berbagai gagasan original karya insan akademis dari Indonesia perlu lebih ditampakkan, bukan hanya merasa bangga mengaplikasikan teori-teori yang datang dari dunia luar (Barat).
“Teori-teori original hasil gagasan akademisi Unand perlu lebih dimunculkan dan disokong. Dukungan pendanaan untuk para penggagas ide-ide fundamental dan original dari dunia timur diperlukan,” tutur Sawirman.
Tak hanya itu, juga harus diberdayakan untuk kepentingan mahasiswa, masyarakat luas dan pengembangan keilmuan. Labor ilmu sosial dan labor linguistik perlu dibuat selain labor ilmu eksakta. Kampus diharapkan juga bisa membantu mempromosikan ide-ide original, invensi-invensi yang belum memberdaya di kampus.
“Untuk melaksanakan semua itu tentunya perlu dukungan semua pihak terhadap gagasan-gagasan original berpotensi untuk dikembangkan,” pungkasnya.
Semoga. Semoga ini bisa menjadi bagi dosen dan mahasiswa untuk terus berkarya tanpa henti.***
Laporan :
LENI MAULINA