Waktu yang diinvestasikan untuk menyiapkan menu sarapan yang bergizi pun sebenarnya sangat kecil dibanding dengan manfaat yang kita dapatkan.
Baca Juga : Viral! Pesta Pelajar di Kantor Bupati Langgar Prokes
“Menu sarapan yang dipilih sebaiknya adalah menu yang tidak terlalu berat atau berlebihan kalorinya, namun tetap penting diperhatikan komposisi gizinya. Pilih yang ada karbohidratnya, lemak, protein dan vitaminnya,” papar Inge.
Ia mencontohkan menu sarapan bergizi seperti roti tawar yang dioles margarin dan ditambahkan putih telur serta sedikit sayuran. “Jika tak ingin karbohidrat terlalu banyak bisa diganti dengan roti gandum,” katanya.
Baca Juga : Dokter Reisa: Vaksinasi pada Bulan Ramadan tidak Membatalkan Puasa, Justru Diwajibkan
Contoh lain adalah semangkuk oatmeal dengan potongan buah pisang dan susu rendah lemak. “Hindari menu sarapan yang terlalu banyak digoreng karena bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat,” paparnya.
Inge menyarankan agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan untuk sarapan, bahkan sejak mereka mulai mengenal makanan padat. “Menu sarapan untuk bayi usia 6 bulan ke atas tentu disesuaikan dengan usianya, tetapi komposisi gizinya tetap harus sama dan bervariasi,” katanya.
Baca Juga : Pria Lajang Lebih Berisiko Terkena Penyakit Mematikan Ini
Menurut Hardinsyah yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, masih banyak masyarakat yang salah memaknai sarapan. Hal ini mungkin karena masih banyak yang belum tahu manfaat sarapan. Sarapan tidak bisa diartikan makan pagi atau minum pagi saja. Paling tidak, sarapan harus mengandung karbohidrat dan protein seimbang, ditambah dengan vitamin dan mineral.
“Satu butir telur atau satu gelas susu untuk sarapan masih belum cukup. Paling tidak menu sarapan bisa terdiri dari nasi, lauk pauk berprotein seperti telur, potongan timun atau tomat, sabutir apel atau pisang dan minuman,” paparnya.
Baca Juga : Dokter Maxi: Percepatan Vaksinasi Butuh Peran Seluruh Elemen Masyarakat
“Kebutuhan vitamin dan mineral memang paling sulit dipenuhi saat sarapan. Berbeda dengan karbohidrat dan protein yang relatif mudah didapatkan hanya dari nasi dan lauk. Maka sebisa mungkin tetap sisipkan sayuran atau buah dalam sarapan,” tambahnya.
Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Slamet Riyadi Yuwono menambahkan bahwa sarapan sangat penting artinya bagi kecerdasan anak. “Sarapan terutama penting bagi usia anak sekolah. Di usia ini, adalah masa otak masih berkembang yang sangat menentukan kecerdasan berpikir, berperilaku, dan emosional.”
Menurutnya, dengan kebiasaan sarapan, anak-anak sekolah akan lebih cerdas dan akan bertumbuh menjadi generasi yang dapat memajukan bangsa dan negara. Maka ia selalu mendukung upaya dari berbagai pihak yang selalu menginformasikan tentang sarapan sehat.
Bukan hanya bermanfaat bagi kemampuan berpikir, aktivitas fisik, dan emosional. Ternyata, sarapan pun bermanfaat untuk meningkatkan kedisiplinan. Hardinsyah menegaskan, sudah banyak penelitian ilmiah yang membuktikan pentingnya sarapan, tetapi terkait manfaatnya dalam meningkatkan kedisiplinan belum banyak diketahui.
“Sarapan dilakukan dari jam 5 sampai jam 9 di pagi hari. Maka, jika terbiasa sarapan, pasti bangun lebih pagi, baik untuk mempersiapkannya maupun makannya. Terlebih jika ada batasan waktu masuk sekolah, pasti akan lebih disiplin lagi,” ujarnya.(h/kcm)