Proses pembayaran gaji masuk program restrukturisasi. Pembayaran gaji diambil dari pos anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN) yang dititipkan di PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
Baca Juga : Mantan Komandan Kapal Selam Nuklir Inggris: KRI Nanggala 402 Mungkin Tak Akan Ditemukan
“Nomor 1, kita selesaikan persoalan karyawan. Nah, bentar lagi PMN sudah cair dalam rangka rightsizing,” kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN, Aloysius K. Ro usai RUPS PLN di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (10/11).
Aloy menyebut total tunggakan seperti gaji, tunjangan hingga pesangon kepada pegawai Merpati senilai Rp 1,4 triliun. Kementerian BUMN akan melakukan negosiasi terkait tunggakan tersebut. Kementerian BUMN akan menuntaskan tunggakan gaji senilai Rp 300 miliar sedangkan tunggakan pesangon akan diselesaikan dan dibicarakan dengan calon investor.
Baca Juga : Usai Kasus KIPI Seperti Stroke, Thailand Tetap Pakai Sinovac
“Hak normatif karyawan itu senilai Rp 1,4 triliun kita harus negosiasi. Yang penting gaji terutang kita selesaikan kalau pesangon kita bicarakan dengan calon investor,” ujarnya.
Kementerian BUMN, kata Aloy, tidak akan menyuntikkan modal ke maskapai yang pernah berjaya tersebut sehingga Kementerian BUMN akan mengundang investor untuk menerbangkan Merpati. Proses ini dilakukan ketika Kementerian BUMN telah membayar tunggakan gaji kepada karyawan Merpati.
Baca Juga : Ini Peringatan Keras untuk Negara Barat, Putin: Jangan Lewati 'Garis Merah' Kami!
“Kita nggak mau lagi namanya equity injection dan equity swap. Tanggung jawab kita selesaikan persoalan karyawan,” sebutnya.
Kementerian BUMN mengaku ada 2 investor dari dalam dan luar negeri yang tertarik membiayai penerbangan baru Merpati. Namun proses penawaran baru dibuka mulai triwulan I-2016.
Baca Juga : Australia Bakal Buka Kebun Ganja Terbesar di Queensland
“Kita undang investor mulai Q1 tahun 2016, kita udang investor baru,” sebutnya.
Investor tersebut, kata Aloy, akan mengurus berbagai izin seperti Air Operator Certificate (AOC) hingga izin rute yang telah hangus termasuk mendatangkan pesawat.
Peran investor akan lebih besar dalam kepemilikan dan operasional Merpati karena prioritas Kementerian BUMN, lanjut Aloy, ialah membuat Merpati kembali terbang meskipun melakukan privatisasi dan kemepemilian BUMN menjadi minoritas.
“Mereka lihat nama Merpati. Kita nggak ingat investasi. Kita nggak mayoritas, nggak masalah karena yang penting Merpati hidup kembali,” ujarnya. (dtf)