Longsor terjadi di Bukit Simulinang Batang Kapas sekitar pukul 24.00 WIB. Longsoran tanah setinggi 2- 3 meter menutup akses jalan ke Teratak Tempatih dan IV Koto Mudia. 1000 kepala keluarga di Kenagarian Taratak Tampatih terjebak isolasi . Terdapat tiga titik longsoran tanah menutupi badan jalan, hingga membuat arus lalu lintas kendaraan roda dua dan roda empat tidak bisa lewat.
Baca Juga : Delapan Personel Polda Sumbar Diberhentikan, Kapolda: Polisi Itu harus Humanis
Walinagari Taratak Tampatih Zailman Yunis mengatakan, kejadian itu terjadi pada pukul 24.00 WIB saat banyak warga sedang beristirahat. Material longsor terdiri dari tanah bercampur lumpur dan pohon menutupi badan jalan.
“Pemnag telah melaporkan peristiwa ke Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Pessel. Sembari menunggu bantuan alat berat dari BPBD Pessel, warga kini bergotong royong menggunakan alat seadanya untuk menyingkirkan material longsor,” katanya.
Baca Juga : PJU Polda Sumbar Lakukan Vaksinasi Covid-19, Puluhan Ribu Personel Menyusul
Disebutkannya idak ada korban jiwa dan kerusakan rumah akibat longsor tersebut. “Kami ingatkan warga untuk tetap waspada,” katanya.
Sementara itu Kepala BPBD Pessel Pri Nurdin melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik Suip Tanjung, BPBD Pesisir Selatan memang telah mendapat informasi terkait banjir dan tanah longsor di daerah itu. “BPBD telah menerjunkan personil kelapangan beserta alat berat. Ya, sampai saat ini tidak ada laporan korban jiwa, ataupun kerusakan rumah dan harta benda,” terangnya.
Baca Juga : BPD HIPMI Gelar Musda ke-13 Pertengahan Maret, Gubernur Sumbar Bakal Diundang
Selanjutnya PjS Bupati Pessel Alwis menghimbau kepada masyarakat yang bermukim disepanjang aliran sungai, perbukitan, pesisir pantai mewaspadai anomali cuaca. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, Pemkab melalui BPBD juga telah menyigakan personil 1x 24 jm beserta alat berat.
“Kepada anggota KSB yang ada di kecamatan pihaknya juga menghimbau bisa memberikan informasi secepatnya jika terjadi peristiwa di wilayahnya masing-masing,” kata Alwis. Selain mengisolasi warga, banjir dan longsor kali ini juga merendam ratusan rumah dan ratusan hektare lahan pertanian di Nagari Kambang Utara, Kambang Barat Kecamatan Lengayang, Alang Rambah Tapan dan Lakitan Timur.
Baca Juga : Pedagang: Omset Turun Karena Pelaksanaan Vaksin di Blok III Pasar Raya
Berdasarkan keterangan warga, air Batang Lengayang mulai meluap Rabu (11/11) sekitar pukul 22.00 WIB dan baru mulai menyusut Kamis (12/11) siang. Ketinggian Air mencapai satu setengah meter.
Kawasan yang paling parah direndam banjir di Lengayang adalah Lubuk Sarik, Kampung Padang Panjang II, Kampuang Tebing Tinggi, Kampung Kayu Bawang, Kampung Tanjuang Kalik Rangeh, Padang Pajang I dan areal persawahan di Talang.
Ijon (53) korban banjir di Pantiang Jua Kambang Barat menyebutkan, saat banjir tiba lampu sedang padam, lalu ketika itu air mulai masuk ke dalam rumah. Sementara ketinggian air halaman rumah sempat mencapai satu setengah meter. “Untuk berjaga - jaga kami pindah ke loteng rumah. Sementara peralatan rumah tangga yang mudah hanyut kami taruh ditempat yang lebih tinggi,” katanya menjelasakan.
Selanjutnya, terpantau, ratusan hektare lahan pertanian pada kampung yang berada dekat di Daerah Aliran Sungai yang sudah ditanami padi terendam banjir hingga beberapa meter. Pada beberapa tempat petani gagal melakukan cocok tanam akibat benih hanyut terbawa air.
Walinagari Kambang Barat sebelumnya meyebutkan, Batang Lengayang berbelok-belok dan bila air meluap sangat mudah menimbulkan bajir. “Kami sudah usulkan untuk melakukan normalisasi Batang Lengayang ke pemerintah, tujuan supaya bisa mempercepat air ke muara,” katanya.
Selanjutnya Amping Parak Timur juga direndam banjir semenjak. Jalan utama penghubung Pasar Amping Parak ke Amping Parak Timur terendam banjirhingga setinggi lutut orang dewasa dan bahkan pada titik tertentu mencapai satu meter.
Jalan yang terendam banjir tersebut adalah di Koto Tarok, sekitar jembatan Simpang Gunuang Pauah dan Sikabu. Warga semenjak Magrib tidak dapat keluar atau masuk kesana. Sejumlah warga yang hendak menuju Amping Parak Timur tertahan hingga air menyusut. Selanjutnya kawasan Pulai Lakitan Tengah Kecamatan Lengayang juga di rendam banjir. Puluhan rumah terendam disini.
Walinagari Lubuk Nyiur Syafran Tamsa menyebutkan, kawasan yang dipimpinnya juga rawan bajir. “Maka setiap kali hujan dengan curah tinggi warga di Nagari Teratak Tempatih, Lubuk Nyiur, Tuik dan lainnya selalu diingatkan agar berhati-hati. Jalan kabupaten yang menghubungkan nagari nagari tersebut sangat rawan terendam banjir dan tidak bisa di lewati kendaraan,” ungkapnya.
Selanjutnya jalan nasional di kawasan Alang Rambah Kecamatan Basa IV Balai Tapan saat hujan kemarin juga sempat terendam. Akibatnya, hubungan Padang - Bengkulu terganggu. Kendaraan tidak bisa melintasi kawasan itu beberapa jam.
Dari Padang, Forum Kelompok Siaga Bencana (FKSB) Kota Padang mengungkap informasi tambahan terhadap korban dampak banjir. Organisasi di bawah BPBD-PK Kota Padang ini melakukan assesment (pendataan) terhadap daerah dan korban terdampak banjir. 230 orang dari empat Kecamatan, yakni Pauh, Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Nanggalo. Dimana Kecamatan Lubuk Begalung menempati jumlah korban terdampak banjir tertinggi dengan total mencapai 177 korban.
“Setelah didata, kami akan menyerahkan data yang sudah terkumpul kepada BPBD-PK Kota Padang selaku organisasi induk kami,” jelas Ketua FKSB Kota Padang, Zulkifli.
Ditambahkan Zulkifli di kawasan Timbalun, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, sebanyak 12 tanggul jebol, karena menahan air yang deras. “Selain itu dua parit miring roboh dengan lebar delapan hingga 20 meter, serta juga merusak jembatan yang baru dibuat dan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Selain itu juga menghanyutkan keramba ikan masyarakat sebanyak lima unit di Kayu Aro, Kelurahan Bungus Barat,” tuturnya. (h/har/mg-adl)