Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Pasaman A. Syafei, Kamis, kemarin. “Tidak ada masa tanggap darurat, karena semua persoalan di lapangan sudah diselesaikan oleh masing-masing SKPD,” ujar A Syafei.
Alasannya, kata Syafei, semua kerusakan akibat bencana tersebut sudah tercover dengan baik melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing. Untuk sejumlah kerusakan akibat bencana, kata Syafei, akan diperbaiki setelah pasca bencana. Terkait bantuan dana, Syafei, belum dapat memastikan berapa besaran dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan, seperti belasan rumah warga, air bersih dan tempat ibadah.
Baca Juga : RSUD Lubuk Basung Siapkan 10 Tenaga Medis Penyelenggara Vaksinasi Covid-19
Meski demikian, Pemerintah Pasaman telah menurunkan tenaga medis sebanyak 4 orang dokter, 67 perawat, 30 orang BPBD, 20 orang Satpol PP, dan dibantu oleh unsur TNI 70 orang. Tidak hanya itu, satu unit ekskavator jenis backhoe untuk membersihkan arus sungai dan kayu-kayu besar yang berserakan disepanjang alur yang ditempuh banjir bandang.
Di lokasi telah didirikan posko kesehatan, dan penyimpanan logistik bantuan banjir bandang serta didirikannya dapur umum di dinas sosial yang berjarak sekitar 1 km dari TKP. Pasca kejadian, telah tercatat sebanyak 26 korban yang mengalami sakit, diantaranya adalah penyakit kulit dan diare, yaitu 10 orang balita, 1 ibu hamil dan 15 orang masyarakat umum.
Baca Juga : Akhir Minggu, Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka di Agam Semakin Diminati
Data sementara, terdapat enam unit rumah rusak berat, lima unit rumah rusak sedang dan 12 unit lagi rusak ringan. Pantauan media ini, jalan yang sempat terhambat telah bisa dilalui dengan lancar. Deras air masih seperti sehari pasca banjir bandang, menggenangi rumah warga. Apalagi kondisi cuaca di Pasaman, khususnya di perbukitan dekat Kampung Padang Paramandareh masih sering diguyur hujan.
Pj Bupati Pasaman Syofyan menyebutkan, kondisi saat ini di Kp. Padang Paramandareh, tidak bisa ditutup mata lagi. Banyak kayu-kayu besar bekas tebangan beberapa tahun lalu, yang terseret arus sungai ke pemukiman warga.
Baca Juga : Pohon Tumbang di Tiku, BPBD Agam Lakukan Pembersihan
“Informasi yang saya terima dari warga juga, di Kampung Padang Paramandareh itu belum pernah terjadi banjir bandang, namun ulah tangan manusia juga, yang merasakan dampaknya juga masyarakat,” katanya.
Namun sangat disayangkan, pembalakan liar dan ilegal logging hanyalah keuntungan segelintir orang, dan yang merasakan akibatnya adalah totalitas masyarakat setempat. Lagi pula, kata Pj Bupati Syofyan, perbuatan ilegal logging itu adalah tindakan melawan hukum.
Baca Juga : Harga Cabai Rawit di Lubuk Basung Tembus Rp80 Ribu Perkilogram
“Saya mengajak kepada masyarakat, jadikanlah bencana itu sebagai bahan intropeksi diri. Duduklah kembali pemangku kepentingan, untuk bersama-sama menjaga hutan. Jagalah hutan itu, jangan ditebangi lagi. Biarkan hutan tetap lestari untuk menyerap air dan sebagai penyimpan cadangan air,” sebutnya. (h/col)