Berdasarkan data KPU, pada pelaksanaan pemilihan walikota dan wakil walikota tahap I di 2013, tercatat partisipasi pemilih 57,7 persen. Kemudian, pada tahap II pemilihan walikota dan wakil walikota Padang pada bulan Maret 2014 partisipasi menurun pada 53,6 persen. Pada pelaksanaan pemilihan legislatif 9 April 2014, partisipasi pemilih tidak banyak bergerak karena berada pada 53, 65 persen. Padang menjadi daerah dengan partisipasi terendah dari 19 kabupaten kota di Sumbar. Lalu, saat pemilihan presiden 9 Juli 2014, partisipasi sedikit meningkat menjadi 61,31 persen. Saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak ini, kembali menurun menjadi 52,06 persen.
“Ini harus menjadi perhatian bersama bagi kelompok stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya yang ada, dan tentunya juga parpol, LSM, pemerhati pemilu, perguruan tinggi yang juga mempunyai perhatian intens pada pemilu ini,” terang Koordinator Divisi Sosialisasi KPU Padang Yusrin Triananda, Sabtu (19/12).
Baca Juga : GOR H Agus Salim Padang Ditutup, Pedagang: Sabtu dan Minggu Harinya Kami
Turunnya partisipasi pemilih ini menurut Yusrin, secara khusus, ia melihat dalam konteks kegiatan yang dilakukan oleh pihaknya (KPU) tidak banyak, karena memang KPU provinsi hanya menganggarkan untuk kegiatan sosialisasi di Padang dengan nominal Rp100 juta. Dengan anggaran sedemikian, ia sudah merancang dan hanya bisa melakukan 12 kegiatan yang dilakukan. Dan ini di luar dari kegiatan yang dilakukan oleh KPPS di tingkat kelurahan, dan PPK di tingkat kecamatan.
“Kalau ditotalkan, jumlah kegiatan yang dimiliki oleh PPS, PPK, dan tingkat kota sebanyak 238 kegiatan. Dengan dua kali kegiatan di kelurahan, dua kali di 11 kecamatan, dan ditambah 8 kali di tingkat kota,” ujarnya.
Baca Juga : Layanan Kesehatan Warga Binaan, Rutan Padang Teken MoU dengan Puskesmas Anak Air
Selain itu, menurutnya kampus dan parpol juga sangat berperan dalam partisipasi pemilih. Karena jika dianalogikan dengan sebuah segitiga di satu sisi adalah KPU, sisi lainnya adalah perguruan tinggi dan parpol. Ia sangat berharap sinergisitas antara ketiganya dapat terjalin dengan maksimal, dan tentu juga akan menyentuh masyarakat di banyak tempat.
“Karena untuk menyentuh 540.000 pemilih yang ada di tingkat kota, dengan kapasitas personel 40 orang dengan melakukan kegiatan dengan waktu yang singkat tentunya akan kewalahan juga,” urai Yusrin.
Baca Juga : Memasuki Musim Kemarau, Perumda AM Kota Padang Minta Warga Hemat Air
Ke depannya, dalam pemilihan walikota dan wakil walikota di 2018, menurut Yusrin, pihaknya mempunyai waktu dua tahun untuk mengintrospeksi diri dan mempersiapkan langkah-langkah konkrit dengan membuat rancangan program yang akurat untuk menyentuh kelompok-kelompok pemilih.
Ia mengaku, setelah melakukan diskusi dengan sejumlah pihak, maka KPU juga akan mencoba membuat kegiatan-kegiatan rutin bulanan yang akan menyentuh pemilih. “Dalam dua tahun kan ada 24 bulan, dan kita targetkan harus menyentuh kelompok-kelompok seperti pemilih pemula, LSM, perguruan tinggi, parpol, kelompok disabilitas, kelompok perempuan, serta kelompok marginal,” tambahnya.
Baca Juga : 61 Nakes di Puskesmas Andalas Siap Divaksinasi
Hal lain yang ia akui adalah, sistim pemutakhiran data KPU juga harus akurat karena walau bagaimanapun data pemilu ini adalah dinamis, dan selalu bergerak naik dan turun sebagaimana dinamisnya pertumbuhan penduduk.
Pada Pilkada serentak ini, KPU Padang juga mengaku kewalahan dengan ditemukannya 3.000 surat suara tidak sah. Hal ini berpengaruh pada kinerja KPU. Jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya memang tidak ada peningkatan, namun hal ini menjadi catatan penting bagi KPU karena hal tersebut mempengaruhi partisipasi pemilih dan bermuara pada kinerja KPU. (h/mg-rin)