Dilansir beritasatu.com, Densus 88 sukses menggagalkan plot teror pengeboman dan menangkap delapan tersangka di sejumlah tempat di Indonesia, sejak Jumat-Sabtu (18-19/12/2015).
Operasi penindakan pertama berlangsung, Jumat (18/12) dengan lokasi di Majenang, Kabupaten Cilacap sekitar pukul 11.30 WIB. Saat itu, tersangka yang ditangkap ada dua orang, yaitu Iwan alias Koki yang diketahui merupakan kelahiran Bukittinggi, 9 November 1975 dengan alamat asal Kabupaten Sijunjung, Sumbar. Kemudian tersangka kedua Yud Sya alias Kho. Dia diketahui lahir di Ujung Pandang, 9 November 1986 dengan alamat asal Wonorejo, Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Baca Juga : Anies Baswedan Diminta Mundur jika Tak Sanggup Hadapi Pandemi Covid-19, Begini Tanggapan Demokrat
Dari Majenang, Densus bergerak ke Purbaratu, Tasikmalaya pada Jumat pukul 16.05 WIB dimana kemudian ditangkap Zaenal dan Asep Urip.
“Berdasarkan keterangan awal mereka diakui, mereka hendak melakukan perencanaan pembuatan bom dengan sasaran target orang-orang Syiah yang berada di Pekalongan, Bandung dan Pekanbaru,” kata seorang sumber di Mabes Polri.
Baca Juga : Cuma Digaji Rp75 Ribu Perbulan, Adik Sultan HB X Bantah Makan Gaji Buta
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebutkan, jaringan itu diduga memang hendak melakukan aksi pengeboman di sejumlah tempat di Indonesia. Mereka merupakan pendukung ISIS dan ada yang simpatisan. Serta ada yang merupakan anggota Jemaah Islamiyah.
Dikatakan, penangkapan mereka berdasarkan warning dari FBI dan Australia Federal Police. Tak ingin kedahuluan mereka beraksi, maka polisi menangkap mereka lebih dulu.
Baca Juga : PKS Desak Pemerintah Akurat Buat Perencanaan Listrik 2021-2030
Penyandang Dana
Polisi mengendus dugaan kuat bahwa Zaenal, 35 tahun, yang ditangkap di Tasikmalaya adalah penyandang dana jaringan Abdul Karim alias Abu Jundi yang dicokok pada Sabtu, 19 Desember 2015, di Kota Sukoharjo. Pria asal Sulawesi itu pun diduga akan menjadi pelaku bom bunuh diri pada malam tahun baru nanti di Jakarta.
Baca Juga : Terkait Kasus Natalius Pigai, Polri Terapkan Konsep Presisi
Menurut seorang perwira polisi yang mengetahui penyidikan kasus terorisme ini, pengurus Pesantren Al Mubarok At Turmudzy pimpinan KH Ade Dedi di Kampung Babakan Nanggerang RT 02/04 Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, tak tahu-menahu rencana pelaku akan meledakkan bom di malam tahun baru.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan bahwa Asep Urip dan Zaenal menyiapkan bom bunuh diri di akhir Desember 2015. “Mereka tidak eksplisit menyebutkan apakah untuk Natal atau Tahun Baru,” ujarnya.
Asep pengajar Pondok Pesantren Al Mubarok At Turmudzy pimpinan KH Ade Dedi. Sedangkan Zaenal asal Sulawesi dan sudah enam bulan menjadi santri di pondok pesantren tersebut.
Salah seorang di antara kedua orang itu diduga memiliki kemampuan merakit bom. Barang bukti yang disita polisi adalah sepeda motor Yamaha Mio, mobil pick up, dan bendera warna hitam bertuliskan ‘Lailahailallah’ yang identik dengan bendera ISIS, Negara Islam Irak dan Siria.
Badrodin Haiti mengatakan Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang menyelidiki kemungkinan sejumlah terduga teroris yang ditangkap di tempat berbeda terkait dengan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). “Kami masih mendalami soal itu,” ujarnya kepada Tempo, Minggu (20/12/2015).
Kapolri menyebut para terduga teroris berasal dari jaringan Abdul Karim alias Abu Jundi yang ditangkap di Sukoharjo.
Terduga teroris pertama yang ditangkap adalah Iwan alias Koki di perbatasan Banjar dengan Cilacap pada Jumat siang, 18 Desember 2015. Penangkapan Iwan kemudian menggiring pada penangkapan dua terduga teroris lain, yaitu Asep Urip dan Zaenal, pada Jumat sore di Tasikmalaya.
Satu dari dua orang yang ditanggap di Tasikmalaya diduga memiliki kemampuan merakit bom. Barang bukti yang disita polisi adalah sepeda motor Yamaha Mio, mobil pikap, dan bendera hitam bertuliskan “Lailahailallah”.
Penangkapan berikutnya adalah terhadap terduga teroris bernama Abdul Karim alias Abu Jundi di Kota Sukoharjo, Sabtu siang, 19 Desember 2015. Terakhir, Densus menangkap tiga terduga teroris di dua lokasi di Kota dan Kabupaten Mojoketo, Jawa Timur.
Penangkapan dan penggeledahan dua rumah yang disewa tiga terduga teroris itu berlangsung mulai Sabtu malam hingga Ahad dinihari, 19-20 Desember 2015. Dua di antaranya adalah Indraji Idham Wijaya, 28 tahun, dan Choirul Anam alias Amin.
Badrodin menuturkan, berdasarkan penangkapan tersebut, polisi kini terus melakukan pengembangan dan penyelidikan untuk mengetahui apakah ada kelompok lain yang terlibat.
Tak Percaya
Keluarga Asep Urip, warga yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat tidak menyangka Asep terlibat dalam jaringan teroris dan berniat menebarkan teror. “Tidak mungkin terlibat,” kata Dede, kerabat Asep saat ditemui di rumahnya, Desa Singkup, Purbaratu, kemarin.
Menurut Dede, Asep selalu bersikap baik kepada sesama. Bahkan, dia kerap memberi bantuan kepada tetangga yang membutuhkan.
Kepribadian Asep, kata Dede, juga tak neko-neko. Sehari-hari dia mengajar mengaji anak-anak di Pondok Pesantren Al-Mubarok Atturmudzi, Purbaratu. “Asep sangat baik,” ujarnya.
Ihwal rekan Asep, Zaenal, yang turut ditangkap Densus 88, Dede menjelaskan, Zaenal baru sekitar lima-enam bulan di pesantren. Awalnya, Zaenal mengaku tidak bisa mengaji. “Saudara saya bersedia mengajari si Mas (Zaenal),” katanya.
Dia menegaskan, Zaenal bukan saudaranya. Dia datang ke sini karena ingin bisa mengaji. “Si Mas tinggal di kobong, tidak di rumah saya,” katanya.
Pasca penangkapan, ibunda Asep sakit keras. Dia tidak bisa berkomunikasi karena syok. “Maaf, ibunya sakit keras tidak bisa diajak ngobrol,” ujar Dede.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Mubarok Atturmudzi, Ustad Ade Dedi mengatakan, Zaenal datang menemui Asep sekitar bulan Ramadan lalu. Tujuan kedatangannya untuk mencari ilmu.
Keseharian Asep dan Zaenal, kata dia, biasa-biasa saja. Saat waktu mengaji mereka mengaji, saat salat pun mereka berjemaah. “Saat istirahat ya istirahat, tidak ada gerakan apa-apa,” jelas Ade.
Sepengetahuan Ade, Zaenal dan Aep bertemu di Malang saat keduanya mondok di sana. Asep tak lama mondok di sana, hanya empat bulan. “Kemudian tamu (Zaenal) datang untuk silaturahmi kepada Ustad (Asep) bulan Ramadan,” katanya.
Jumat sore 18 Desember, Ade tiba-tiba diberi kabar bahwa Asep dan Zaenal ditangkap polisi.
Sugirman, salah seorang warga setempat mengatakan, Zaenal tidak pernah bergaul dengan warga setempat. Dia biasa papasan dengan Zaenal saat di jalan. “Saat dia sedang ambil air,” ujarnya. Zaenal berperawakan tinggi besar, dan berjanggut.
Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Atturmudzi, kata Sugirman, merupakan tempat belajar mengaji anak-anak warga sekitar. Anak-anak belajar pada ba’da magrib dan subuh. “Tiap minggu suka ada pengajian ibu-ibu,” katanya.
Asep dan Zaenal ditangkap oleh Densus 88 Polda Jabar dan Mabes Polri di Kampung Cihaji, Purbaratu, Jumat sore. Mereka diringkus saat hendak pergi ke pengajian di daerah Mitra Batik. (bsc/tem/met)