Melalui emansipasi, telah membuat kaum wanita memiliki andil dalam membangun kinerja di sektor pemerintahan. Drg. Hj, Eka Lusti, MM ialah salah satu wanita yang mampu meduduki puncak kepemimpinan di dinas kesehatan kota Padang dengan segudang penghargaannya.
Tidak seperti sebagian orang yang mendapatkan jabatan dengan mudah karena mempunyai koneksi, Eka Lusti benar-benar memulai karirnya dari bawah. Sejak masuk dinas kesehatan pada tahun 1990, Wanita lulusan fakultas kedokteran di Univestas Indonesia tahun 1987 itu, menjabat sebagai dokter gigi fungsionaris di tiga puskesmas yakni Puskesmai Alai, Ulak karang dan Air Tawar hingga diangkat menjadi kepala puskesmas Ulak karang pada tahun 2001.
Baca Juga : Agar Kopi Jadi Minuman Lebih Sehat, Ini 8 Cara Mengonsumsinya
Dengan kinerjanya yang optimal, ibu satu anak ini pun diangkat menjadi Kasubag keuangan pada Dinas kesehatan kota padang pada tahun 2005, selanjutnya pada tahun 2006 ia dipercaya menjadi kabid pelayanan hingga tahun 2009 sebelum dipercaya mengisi posisi sekretaris sampai tahun 2012. Bahkan ia sempat pula menduduki posisi kabid pelayanan medik RSUD Dr Rasydin, sebelum akhirnya menduduki posisi puncak sebagai kepala Dinas Kesehatan Kota Padang pada 6 mai 2013.
Sejak dipercaya mengisi posisi tersebut, wanita yang menikah pada tahun 1989 silam tersebut telah menorehkan beberapa penghargaan bagi Dinas Kota Padang yakni; Penghargaan Swasti Saba Wistara tahun 2015 dengan Perikat Kota Sehat Tertinggi, Predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman 2014, Serifikat Eliminasi Malaria dari Mentri Kesehatan RI tahun 2014.
Baca Juga : Green Lifestyle, Kunci Menjaga Ketersediaan Pangan Usai Pandemi Covid-19
Selain penghargaan di atas, Eka Lusti juga meraih segudang prestasi selama berkarir di dunia kesehatan diantaranya, juara I kelurahan tingkat Provinsi Sumbar dengan terobosan adanya RW ber-PHBS, Juara I Kader Posyandu tingkat Provinsi Sumbar, Juara I lomba sekolah sehat Tingkat taman kanak-kanak, serta jura I lomba Sekolah sehat Tingkat SMU Provinsi Sumbar. Selian itu ada juga setifikat ISO untuk Dinas Kesehatan Kota Padang, puskesmas Lapai, Puskesmas Padang Pasir, Puskesmas lubuk Buaya serta penghargaan Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama terbaik BPJS Divisi regional II tahun 2014 ketegori Puskesmas.
Tidak heran, dengan sedugang Prestasinya, wanita kelahiran Kurai Taji Pariaman tersebut pun menerima penghargaan Indonesia Women Award tahun 2014, serta pada tahun 2013 silam ia juga menerima piagam tanda kehormatan Presiden republik Indonesia yang menganugerahkan Satyalencana Karya Satya XX dari Presiden Suliso Bambang Yudoyono.
Baca Juga : Hadirkan Belanja Sehat dan Aman, IKEA Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
“Dalam bekerja tidak hanya semangat nauman juga harus total, jangan sampai setengah-setegah, sebab hasilnya juga akan setengah-setengah,” tutur wanita yang pernah mendapat predikat dokter teladan I kota padang dan Dokter teladan II Sumatera Barat itu, mengenai segudang prestasinya.
Lebih jauh istri Dr Evi Pasarudin M.A.R.S itu menuturkan, sebagai seorang wanita karir ia juga dituntut untuk pandai dalam memanagement waktu, “selain soal pembagian waktu, tentunya kita juga harus mendapat dukungan dari keluarga, khususnya suami dan anak,” tambahnya.
Baca Juga : Dua Hal Dalam Islam yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Berhubungan Suami-Istri
“Tidak jarang juga saya membawa berkas-berkas kerja dibawa pulang dan dikerjakan di rumah sehabis sholat subuh, agar waktu bersama keluarga bisa terus berjalan,” ungkap wanita kelahiran 10 Juni 1963 silam itu.
Untuk kedepannya, Eka Lusti bertekat melaui instansi yang dipimpinya, ia ingin lebih meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota Padang. Untuk dapat mencapai teakatnya tersebut, tentunya berbagai persoalan juga siap diselesesaikannya, seperti Implementasi JKN, Pencapaian MDGs dan Pos MDGs, jumblah Puskesmas terakreditasi serta Puskesmas ISO, “Untuk mencapai Kesehatan rakyat yang setinggi-tingginya, tentu semua pihak harus bekerja penuh tidak setengah-setengah,” ajak Eka.
Sedangkan dalam mendidik anak, Eka Lusti dan suaminya sangat menanamkan sikap demokrasi, meski ia dan suaminya dokter namun ia tidak pernah menganjurkan apa lagi sampai memaksa agar anak semata wayangnya tersebut untuk mengikuti jejak mereka, “soal anak kita menyokong apa pun pilihan hidup yang akan dijaninya selagi itu positif,” pungkasnya. (h/mg-ysn)