Businesstech.com mengabarkan Kamis (24/12/2015), hasil poll pendapat itu didapat dari 43 ribu responden dari 28 negara di sub Sahara Afrika. Wawancara yang dilakukan dari Maret 2014 hingga September 2015 itu juga menyebutkan bahwa 58% responden mengaku korupsi makin meningkat dewasa ini. Empat dari lima responden warga Afrika Selatan mengatakan korupsi memang makin banyak.
Sementara itu, ‘’Responden yang tinggal di Afrika Selatan, Ghana dan Nigeria juga menyatakan bahwa korupsi meningkat sekitar setahun sebelum poll pendapat dilakukan,’’ bunyi laporan tadi. ‘’Afrika Selatan, Ghana dan Nigeria, merupakan tiga negara yang paling korup di Afrika,’’ sambung laporan tersebut.
Namun poll pendapat Global Corruption Barometer itu disangkal Corruption Watch. ‘’Hasilnya jelas-jelas salah,’’ kata David Lewis, Direktur Organisasi Pemerhati Korupsi Afrika Selatan. Menurut David, pertanyaan yang mempertanyakan bagaimana pendapat responden tentang korupsi selama 12 bulan belakangan, ‘’Tidak mencerminkan tingkat korupsi sebuah negara,’’ katanya. ‘’Pendapat perorangan bukan berarti kasus korupsi di Afrika Selatan jadi meningkat jumlahnya,’’ kata David.
Direktur Corruption Watch itu tak lupa menekankan bahwa kasus korupsi yang aktual hampir tidak mungkin bisa dikalkulasi secara akurat. ‘’Salah satu dampak yang merugikan adalah berkurangnya kepercayaan pada pemerintahan dan sektor swasta,’’ sambung David Lewis.
Namun pendapat itu disanggah Coralie Pring. Koordinator riset Transparansi Internasional yang ikut andil dalam poll pendapat itu menyatakan, ‘’Kami anggap, mengerti pendapat warga biasa merupakan masalah vital, karena mereka yang merasakan korupsi dalam kehidupan sehari-hari,’’ kata Coralie Pring. (h/inl)