BUKITTINGGI, HALUAN — Satu unit rumah semi permanen di kawasan Tambuo Parak Tinggi, tepatnya di RT 05 RW 04 Kelurahan Tarok Dipo Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi dihantam material longsor, Selasa (29/12). Akibat kejadian ini, seorang penghuni rumah bernama Susi (43) meninggal dunia.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 02.15 WIB. Meski waktu kejadian tidak turun hujan, namun secara mendadak, tebing dengan ketinggian sekitar 25 meter di kawasan rumah itu runtuh lalu menghantam rumah Susi yang persis berada di kaki tebing. Material longsor yang terdiri dari batu, tanah dan pepohonan itu membuat rumah Susi jadi porak poranda.
Baca Juga : Dirjen PPKL KLHK Tawarkan Empat Pendekatan Atasi Banjir Kalsel
Biasanya, dalam rumah tersebut dihuni oleh tiga orang. Namun saat kejadian itu, rumah tersebut hanya dihuni oleh korban sendiri, karena suaminya bernama Ujang dengan pekerjaan sopir truk, sedang melakukan perjalanan ke Jakarta. Sementaranya anaknya bernama Windi sedang pergi ke rumah temannya di Solok.
Awalnya, Tim SAR dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bukittinggi bersama unsur TNI, Polri dan tim terkait lainnya beserta unsur masyarakat setempat mencoba menyelamatkan Susi yang terjebak dalam rumah.
Baca Juga : Dishut Sumbar Targetkan ITH Sebesar 61% Tahun Ini
Namun kondisi medan yang tak memungkinkan membuat alat berat tidak bisa masuk ke lokasi ke jadian dan membuat proses evakuasi pada Selasa dini hari dilakukan secara manual. Sekitar pukul 05.50 WIB, barulah Tim SAR berhasil menemukan kor ban yang tergeletak di dalam kamarnya.
Korban sendiri ditemukan dalam reruntuhan material bebatuan dan tanah dalam posisi tertelungkup dengan kaki mengarah ke atas. Setelah korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, korban lalu digotong ke Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi untuk divisum.
Baca Juga : KPHP Dharmasraya Usulkan Perluasan Wilayah Kerja Pengelolaan Hutan Sosial
Suara gemuruh yang cukup keras saat tejadinya longsor itu ternyata juga mengagetkan warga sekitar. Hampir seluruh warga sekitar rumah itu ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Awalnya mereka menganggap kejadian itu adalah kejadian gempa bumi. Bahkan sejumlah tetangga korban mengaku sempat mendengar teriakan korban minta tolong saat longsor itu terjadi.
Menurut keterangan ponakan korban bernama Willy, dirinya tersentak bangun tidur saat mendengar ada suara seperti gemuruh dan mendengar seperti ada reruntuhan tanah yang menghantam atap rumahnya. Khawatir akan terjadi sesuatu, spontan Willy berlari ke luar rumah dengan melompati jendela rumah bagian depan. Langkah yang sama ternyata juga ditempuh oleh Dewi.
Baca Juga : 17 Kabupaten/Kota di Sumbar Jadi Prioritas Pemberian Vaksin Kedua
“Sebenarnya saya sudah tidur, tapi terbangun mendengar adanya suara gemuruh. Sementara Kak Dewi waktu itu memang belum tidur. Ketika sudah berada di luar rumah saya melihat rumah Kak Susi sudah hancur,” jelas Willy.
Saat kejadian Willy (17) bersama adik korban bernama Dewi juga tinggal di kawasan korban bermukim, tepatnya persis di sebelah rumah Susi. Mereka berdua selamat dari kejadian mematikan itu, karena material longsor terparah cenderung dialami oleh rumah Susi. Padahal kedua rumah itu saling berdekatan.
Sementara salah seorang tetangga korban bernama Elvi Diyanti (45) mengatakan, saat peristiwa itu terjadi dirinya bersama anak-anaknya sedang tertidur nyenyak, dan tersentak mendengar suara bergemuruh. Elvi Diyanti dan anaknya segera keluar dari rumah. Dan saat itu ia terkejut melihat rumah tetangganya Esi (41) sudah ambruk dihimpit batu dan kayu.
“Saat itu kami ketahui Esi (panggilan akrab Susi) terjebak dalam rumah, sedangkan rumah yang bersebelah dengan Esi yang ditempati Dewi dan Willy, aman. Mereka berdua berhasil keluar dari rumah yang mereka tempati,” kata Elvi Diyanti.
Terkait kejadian ini, Dewi selaku adik korban mengaku pasrah atas kejadian yang menimpa anggota keluarga mereka.
“Ini sudah kehendak Allah SWT, karena sebulumnya, kakak saya Esi ini tinggal di kampung kami yakni Payakumbuh. Namun karena suaminya adalah seorang supir truk rute Bukittinggi-Jakarta, maka Esi dan suaminya pinda kesini,” kata Dewi.
Dewi mengatakan, saat ini suami kakaknya Esi, Ujang Logam, masih berada di Palembang menuju Bukittinggi, dan kabar duka itu telah diketahui suami korban.
Jenazah Susi ini dimakamkan di pemakaman umum suku Jawa ex 132 Bimasakti Kelurahan Bukik Apik Kota Bukittinggi pada Selasa kemarin sekitar pukul 15.00 WIB.
Peristiwa tanah longsor kemarin nyaris sama dengan yang terjadi 74 hari sebelumnya. Longsor juga menimpa rumah kontrakan Lusmianti (28) atau Lilis di bawah tebing kawasan Gulai Bancah, tepatnya di RT 05 RW 02 Kelurahan Gulai Bancah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Kota Bukittinggi, Jumat (16/10) lalu. Longsor terjadi setelah Kota wisata itu diguyur hujan.
Untung saja Lilis beserta dua orang anaknya selamat. Sementara kondisi rumah dari papan itu terdorong ke depan hingga satu meter. Bahkan rumah itu terancam ambruk dan sudah tidak layak huni lagi. (h/wan)