Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Diskes Pekanbaru, Gustiyanti MKes mengatakan, tahun 2015 lalu Kota Pekanbaru termasuk wilayah yang rentan terjangkit (endemis) DBD. Untuk mencegah agar tidak lagi menjadi wilayah tersebut, Diskeskembali akan menggalakkan program yang dimaksud.
Saat ini kata Gustiyanti, pihaknya sedang memetakan lokasi-lokasi yang dinilai rawan sebagai sarang nyamuk Aides Aigepty disetiap kecamtan yang ada. Dilihat dari banyaknya jumlah pasien yang terkena DBD di lokasi-lokasi yang ada pada tahun sebelumnya,salah satunya yakni untuk wilayah Kecamatan Tampan. “ Kita mencegah penyakit DBD dengan mengurangi berkembangnya sarang nyamuk Aides Aigepty, beberapa tempat yang dinilai rawan akan kita lakukan pengasapan. Diantaranya, Kecamatan Marpoyan Damai, Payung Sekaki, Senapelan, Rumbai pesisir, Rumbai, dan Kecamatan Tampan” kata Gustiyanti, Minggu,(3/1).
Pasien penyakit DBD diakui Gustina meningkat pada minggu terakhir tahun 2015 lalu, dipicu datangnya musim hujan yang terjadi. Untuk itulah program Fogging sangat bermanfaat guna memutus rantai siklus nyamuk Aides Aigepty, kemudian juga akan disosialisasikan kepada masyarakat tentang betapa pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Diharapkan dengan melakukan pengasapan disarangnya dapat memutus siklus penyebaran dari penyakit DBD.
Dari 12 kecamtan yang ada di Pekanbaru, sebanyak 34 dari 58 kelurahan merupakan wilayah endemis DBD, bahkan ada tiga kecamatan yang seluruh kelurahannya endemis. Wilayah itu padat pemukiman, diantaranya Kecamatan Payung Sekaki, Simpang Tiga, dan Kecamatan Tampan. “ Penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, sebenarnya bisa diminimalisir penyebarannya di lingkungan. Asal saja masyarakat mengetahui cara penanggulangannya dan peduli akan kebersihan di sekitar rumahnya masing- masing. Seperti melalui program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur), kalau lingkungan kita semunya bersih, saya yakin penyakit itu tidak akan timbul, mari kita bersama membasmi penyakit it, dengan memperhatikan lingkungan kita,” imbuhnya. (h/her)