Bahkan Ayatollah Ahmad Khatami, ulama yang dekat dengan pemerintah Iran tersebut, memperkirakan reaksi atas eksekusi itu akan mendatangkan kejatuhan bagi keluarga penguasa Saudi.
Otoritas Saudi telah mengeksekusi 47 orang atas dakwaan terorisme, termasuk ulama terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr, yang dituduh sebagai penggerak aksi-aksi demo antipemerintah.
Baca Juga : Daftar 20 Negara Penyumbang Kasus Terbanyak Covid-19, Termasuk RI
Dalam wawancara dengan kantor berita Mehr, seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (2/1/2016), Khatami mencetuskan, eksekusi Nimr mencerminkan sifat “jahat” keluarga penguasa Saudi.
Khatami mengatakan, eksekusi tersebut akan memicu aksi pembalasan yang akan membuat para penguasa Saudi “terhapus dari halaman sejarah”.
Baca Juga : Gara-gara Pandemi, Pilot Ini Jadi Kuli Bangunan dan Pengantar Barang
Dalam statemennya seperti diberitakan kantor berita resmi Saudi, SPA dan dilansir AFP, Sabtu (2/1), Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, 47 orang yang dieksekusi mati itu terbukti mengadopsi ideologi radikal “takfiri”, bergabung dengan organisasi-organisasi teroris dan melakukan berbagai plot kejahatan.
Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, mereka dieksekusi hari Sabtu di 12 kota berbeda di Saudi.
Baca Juga : Presiden Meksiko Positif Terpapar Covid-19
Kedubes Diserang
Massa yang marah membakar kedutaan Arab Saudi di Teheran pada Sabtu (2/1) dan menyerbu bangunan itu sebelum akhirnya dibubarkan polisi.
Baca Juga : Nama Buah Naga Diganti Jadi Teratai di Gujarat, Ini Alasannya
Kantor berita ISNA melaporkan, massa melancarkan protes terkait eksekusi mati terhadap seorang ulama Syiah, Syeik Nimr al-Nimr, di Arab Saudi.
Sementara itu di Mashhad, kota terbesar kedua Iran, para demonstran membakar konsulat Saudi, lapor sejumlah situs berita.
Serangkaian insiden tersebut terjadi beberapa jam setelah pengumuman kematian ulama berusia 56 tahun itu, yang merupakan tokoh kunci dalam protes anti-pemerintah di kerajaan Saudi sejak tahun 2011.
Eksekusi terhadap Syeik Nimr al-Nimr memicu kecaman keras dari Iran dan Irak yang penduduknya mayoritas Syiah.
“Ada berkobar di dalam kedutaan ... para demonstran mampu masuk ke dalam tetapi (kemudian) diusir,” lapor ISNA.
“Api telah membakar bagian dalam kedutaan,” kata seorang saksi mata kepada kantor berita AFP. “Polisi ada di mana-mana dan telah membubarkan para demonstran, beberapa di antaranya telah ditangkap.”
Sejumlah pengunjuk rasa sempat memanjat ke atap gedung kedutaan sebelum mereka dipaksa pergi, kata laporan ISNA.
Sejumlah situs berita memasang foto-foto para demonstran yang mencengkeram bendera Saudi, yang telah ditarik turun.
Media Iran mengutip Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Hossein Jaber Ansari, saat meminta polisi untuk “melindungi misi diplomatik Arab Saudi di Teheran dan Mashhad ... dan mencegah demonstrasi di depan dua lokasi itu.”
Nimr, yang menghabiskan lebih dari satu dekade belajar teologi di Iran, termasuk di antara 47 orang Syiah dan Sunni yang dieksekusi pada hari Sabtu atas tuduhan terorisme.
Iran yang mayoritas Syiah, yang merupakan musuh lama Saudi, mengatakan dalam reaksi terkait eksekusi Nimr bahwa “pemerintah Saudi mendukung gerakan teroris dan ekstremis, serta menghadapi para kritikus di dalam negeri dengan penindasan dan eksekusi.”
Saudi akan “membayar harga yang mahal karena menerapkan kebijakan itu,” kata Jaber Ansari sebelum serangan itu terjadi. (h/dtc/kcm)