Sebelum tulisan ini diuraikan lebih lanjut secara singkat, ada baiknya penulis jelaskan apa maksud dari penggunaan istilah kearifan lokal Minang pada judul tulisan ini. Setiap Kapolda ke Sumbar artinya adalah adanya penggantian pejabat atau serah terima jabatan (sertijab) Kepala Kepolian Daerah Sumatera Barat sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kata selalukah artinya kekontiniustasan dan kebiasaan dilakukan dalam lingkungan organisasi kepolisian Republik Indonesia. Kasiah sampai artinya adalah bahwa pejabat kapolda ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk Sumbar. Sayang tak sudah artinya adalah suatu keinginan batin yang amat dalam untuk memenuhi tuntutan pelayanan, pengayoman, perlindungan, dan penegakkan hukum di tengah tengah warga masyarakat Indonesia tetapi selalu ada saja hambatan baik hambatan kecil maupun rintangan besar.
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Penulis ingin menengok kasiah jo sayang Kapolda dua orang terakhir, yaitu Kapolda Brigejen Pol Drs. Nur Ali, S.H., dan Kapolda Brigjen Pol Drs. Bambang Sri Herwanto, S.H.,M.H. Terakhir Kapolda Brigjen Pol Basarudin, S.H.,M.H. Selanjutnya kita panggil sapaannya pada tulisan ini dengan menggunaan kata beliau. Sapaan beliau merupakan sapaan mulia untuk orang berjabatan di Minangkabau. Ketika beliau Nur Ali jadi Kapolda semangatnya akan membasmi semua kejahatan terutama penertiban Penambangan Tanpa Isin (PETI) . Waktu itu PETI sedang maraknya di Kabupaten Solok Selatan. Investor tambang berdatangan begitu juga alat berat diturunkan sehingga tiada hari tanpa kegiatan tambang di Kabupaten Solok Selatan. Investor tambangnya ada yang punya izin dan ada pula yang membabi buta yang jelas pokoknya menambang. Sampai turun anggota DPR RI dan DPD RI dari Jakarta untuk ikut menertibkan PETI ini di Kabupaten Solok Selatan. Karena diisukan keadaan sudah sangat membahayakan lingkungan. Selidik punya selidik rupanya ada oknum berbagai pihak yang membeking kegiatan PETI ini. Investor tambang yang punya izin terus menambanag dan diizinkan oleh pihak yang berwenang. Tetapi bagi penambang yang tidak punya izin dibeking oleh oknum tertentu. Pembeking ini umumnya adalah oknum yang berasal dari pihak kepolisian. Beliau Nur Ali kelihatan kewalahan waktu itu. Jadi, kesimpulannya kalau menurut kearifan lokal dan adat Minangkabau bahwa sesalah salah anak buah salah juga bapak buah, sesalah salah yang kecil tetap salah yang besar, sesalah salah oknum anggota polisi yang salah adalah kepala kepolisian. Sehinggan beliau Nur Ali pindah atau dipindahkan dari Sumatera Barat. Sebab Beliau Nur Ali kasiahnya tak sampai dan sayang tak sudah.
Berikut Kapolda beliau Bambang Sri Herwanto, S.H., M.H. membuat berbagai terobosan. Tetapi seingat penulis atau yang menarik bagi penulis adalah tentang Pilkada serentak badunsanak. Beliau Bambang berstatemen dalam penyelenggaraan Pilkada serentak badunsanak di Sumatera Barat tidak ada asap mengepul tidak ada darah menetes, dan tidak ada kaca yang pecah. Tekad beliau Bambang ini sangat baik dan amat kita hargai. Namun tekad ini “bubuih” di Dharmasraya. Terjadi pembakaran dan pengrusakan rumah dan mobil politikus Dharmasraya. Semoga peristiwa itu tidak ditafsirkan oleh masyarakat Sumatera Barat “lindok paneh satahun dek hujan nan sasirok”.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Sekarang tiba saatnya beliau Basarudin menjadi Kapolda Sumbar. Beliu Basarudin belum punya statemen yang jitu. Masyarakat pencinta keamanan, kedamaian, dan kesejahteranaan sangat menunggu statemen dari seorang Kapolda sehingga masyarakat bersikap, bersiap untuk membantu, minimal lewat Forum Komunikasi Kemitraan Polisi Masyarakat (FKKPM), karena wadahnya sudah ada setiap nagari dan juga Jorong. Namun sayang sampai sekarang FKPM di Sumatera Barat antara hidup dan mati melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) organisasinya.
Tugas Pokok FKPM antara lain adalah: diteksi dini dan cegah dini. Tupoksi FKPM ini sangat singkron dengan Tupoksi ninik mamak di Minangkabau antara lain: maminteh sabalun hanyuik, manyambuik sabalun jatuah. Masyarakat Sumatera Barat memohon dan mengharapkan kepada Beliau Basarudin untuk membuat program yang dibutuhkan rakyat sesuai dengan kearifan lokal. Izinkan kami memohon dan mengharapkan kepada beliau Basarudin untuk membuat program dan terobosan antara lain: 1. Memberdayakan FKPM setiap Posko Siskamling yang santun dan bermartabat; 2. Menegakkan hukum lalu lintas tanpa pandang bulu; 3. Penertibkan Penambangan liar tanpa tedeng aleng aleng; dan 4. Membasmi kejahatan dan perbuatan maksiat dengan tegas; serta 5. Menyelesaikan kasus dan sengketa tanah ulayat antara investor dan ninik mamak secara tuntas.
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
Kami ninik mamak dan anak kamanakan yakin bahwa Beliau Basarudin dan jajarannya mampu melaksanakan program dan terobosan tersebut. Kami ninik mamak menyatakan bahwa beliau Basarudin sudah masuk ke dalam anak kemanakan urang Minang yang diikat dengan petatah Minang yang berbunyi: di ma bumi dipijak di situ langik di jujuang,di ma aie disauak di sinan rantiang dipatah. Artinya, beliau Basarudin tidak perlu ragu dan segan membawa ninik mamak bersama anak kemenakan bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Kami siap membantu beliau. Sehingga beliau Basarudin Kasiah beliau sampai, sayang beliau sudah kepada masyarakat Sumatera Barat.
Ninik mamak dan anak kemanakan Minangkabau berkeinginan meujudkan visi dan misi leluhur kearifan lokal nenek moyang orang Minang yang berbunyi dalam adat mamakai, bumi sanang padi manjadi, jaguang maupiah, kapeh mamutiah, taranak bakambang biak, antimun mangarang bungo, bapak kayo, mandeh baameh, mamak disambah urang pulo. Sedangkan dalam syara’ mangato berbunyi baldhatun thaibatun warabbun ghafur.Begitu juga dalam ilmu nan taliti berbunyi, gemah rifa lohjenawi, toto tentram karto raharjo, murah kangsarwo tinuku, subur kangsarwo tinandur. Artinya, di dalam negera dan nagari ini yang amat dibutuhkan masyarakat adalah aman, makmur, sejahtera lahir dan batin - dunia dan kahirat. Ukuran aman itu sudah kita sepakati dalam kata kata sederhana di Negara ini, yaitu: (1) Security, yaitu Perasaan Bebas dari Gangguan Fisik Dan Psikis, (bahasa adatnya: indak ado raso rantiang nan ka mancucuak, tak ado unak nan ka mangaik); (2) Surety, yaitu Perasaan Bebas dari Kekahwatiran, (bahasa adatnya: kok tagak tak dibayang hantu, kok duduak tak diaga bangkai);(3) Sefety, yaitu Perasaan Terlindung dari Segala Bahaya,( bahasa adatnya: kok bajalan jo malaikat, kok barantih jo waliulah) dan ; (4) Peace, yaitu Perasaan Damai Lahiria Dan Batiniah, (bahasa adatnya, tubuah lahia raso diuruik, tubuah batin raso diparam).
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
Terakhir izinkan kami ninik mamak bersama anak kamanakan di Minangkabau untuk mengucapkan Selamat Peresmian dan Pemakaian Gedung Kantor Kapolda yang baru Rabu 16/03/2016 semoga gedung baru ini membawa berkah, rahmah, dan nikmah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepolisian di Sumatera Barat. Walaupun gedung baru Polda Sumbar ini belum menampakan ciri khas arsitektur Minangkabau yang atapnya berkarakter bergonjong menjulang ka udaro berbentuk pucuak rabuang jo jari limo yang bermakna memohon doa kepado yang maha kuaso. Sekali lagi, semoga Bapak Kapolda Brigjen Pol Basarudin, S.H.,M.H., kasiah beliau sampai sayang beliau sudah kepada masyarakat Sumatera Barat bila jabatan beliau berakhir di Sumatera Barat. (*)
DRS. M.SAYUTI DT. RAJO PANGULU, M.PD
(Dosen Univ. Bung Hatta/Ketua Umum Pucuk Pimpinan LKAAM Sumbar/
Ketua FKKPM Mapolda Sumbar/Anggota FG DPRD Sumbar 2004 – 2009)