Sumbar berduka. Kolonel Inf Syaiful Anwar, putra Padang Ganting Tanah Datar gugur, setelah helikopter yang membawanya dan rombongan jatuh di Poso.
PADANG, HALUAN—Helikopter milik TNI Angkatan Darat (AD) jatuh di perkebunan masyarakat di Dusun Pattiro Bajo, Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (20/3) petang, saat operasi memburu teroris.
Baca Juga : Ini Usulan Wabup Pessel Rudi Hariyansyah pada Rakor Bersama Gubernur Sumbar
Dalam kecelakaan tersebut, 13 prajurit TNI AD gugur termasuk Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf Syaiful Anwar, SE, putra Dusun Buah Kubang Jorong Koto Gadang Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Tanah Datar.
Satu korban lagi, Letnan Dua Penerbang TNI-AD Tito Hadianov Wibisono Bin Suprapto, putra kedua Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman (Prasjaltarkim) Sumbar, Ir. Suprapto.
Baca Juga : Wafat Dalam Tugas, KPU Dharmasraya Santuni Almarhum Petugas Ketertiban TPS Nagari Sinamar
“Benar, salah seorang korban heli itu adalah putra saya,” kata Suprapto ketika ditelfon tadi malam. Tito lulusan Akabri, lahir di Jakarta 20 November 1992.
Sementara itu, kakak kandung almarhum Syaiful Anwar, Nurmartias (63) di rumah duka di Padang Ganting kepada Haluan tadi malam mengatakan, pada pukul 10.00 WIB almarhum sempat menelfonnya menanyakan kabar dan pembangunan rumah.
Baca Juga : Helat Musrenbang, Bupati Benny Prioritaskan Pembangunan yang Jadi Kebutuhan Masyarakat
“Beliau nelfon saya jam 10 tadi ketika saya sedang main badminton. Ia menanyakan sudah siap rumah dibangun. Terkejar menjelang lebaran nanti selesai,” tanyanya pada Nurmatias.
Nurmatias menjelaskan bahwa ruko sudah siap dan rumah menurut perkiraan jelang lebaran siap dan tinggal finising saja lagi.
Baca Juga : Tolak KLB, DPC Partai Demokrat Pasaman Tegaskan Tetap Setia ke AHY
Disebutkan Nurmartias, almarhum juga mengabarkan bahwa ia akan pulang lebaran nanti ke Padang Ganting bersama keluarga. “Saya sekarang mau pergi lagi, ada operasi dan ini sudah mau naik helikopter,” kata Nurmatias mengulangi isi telpon adiknya, menjelang helikopter itu terbang memburu teroris di Palu.
Almarhum meninggalkan seorang istri yang berasal dari Lampung dan meninggalkan tiga orang putrinya. Syaiful adalah anak pasangan M Nur dan Zainar yang kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Syaiful adalah anak keenam dari 10 bersaudara. Ia meninggalkan satu istri dan tiga orang anak.
Sebelum menjabat Danrem Palu sekitar lima bulan itu, alm menjabat Asisten Teritorial Kodam II Sriwijaya. Sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Dandim Kota Makassar, menamatkan pendidikan SMP dan SMA di Padang Ganting.
Kakak almarhum, Afrizal juga mengatakan bahwa hari ini pukul 06.00 WIB ia akan berangkat menuju Jakarta bersama sembilan orang keluarga dengan pesawat Batik Air.
“Menurut kabar, almarhum akan diberangkatkan dari Palu pukul enam ke Jakarta. Di sana kami nanti merundingkan dengan istri almaruhum untuk pemakamannya. Istri beliau meminta di makamkan di Lampung sedangkan kami menginginkan di sini,” sebut Afrizal kakak almarhum.
Dandim 0307 Tanah Datar Letkol Arm Bagus Tri Kuntjoro juga turun ke rumah duka menjenguk, sekitar pukul 21.30 hingga 22.00 WIB malam kemarin. Dandim bersama anggota menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga almarhum.
Adik Ipar Dandim Solok
Dandim 0309/Solok Letkol Inf. Safta Feryansyah, S.IP adalah kakak ipar almarhum Syaful Anwar. “Benar yang bersangkutan (Syaiful, red) adalah adik ipar saya, karena almarhum memperistri adik saya yang bernama Fitriana Syah. Saat ini istrinya sedang bertugas di Lampung,” ucapnya saat dihubungi Haluan via telfon tadi malam.
Ketika ditanyakan kemana nantinya jenazah akan dibawa Safta belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Safta mengaku masih menunggu kelanjutan informasinya.
Hari ini, Safta sekeluarga akan berangkat ke Cijantung terlebih dahulu, tempat jenazah almarhum disemayamkan sebelum dikuburkan apakah di Lampung atau di kampung halamannya di Padang Ganting.
Menurut Safta, semasa hidupnya, yang bersangkutan dikenal baik, penyayang dan dekat dengan keluarga.
“Tak hanya itu, di TNI beliau kinerjanya sangat bagus hingga dipercayakan oleh Mabes TNI untuk menjadi seorang Danrem di daerah konflik seperti Poso ini,” imbuhnya.
Senior almarhum semasa sekolah dari SD hingga SMA, Oktobaran kepada Haluan mengatakan bahwa Syaiful Anwar merupakan sosok yang baik dan peduli kepada sesama. “Kita berharap Tuhan menempatkannya di tempat yang layak dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT,” katanya.
Kolonel Inf Syaiful Anwar, SE menjadi Danrem Tadulako menggantikan Brigjen TNI Herianto Syahputra, S.I.P, M.Si yang dipromosikan menjadi Danpusintelad (Komandan Pusat Intelijen Angkatan Darat). Sebelumnya, Syaful Anwar menduduki jabatan Aster Kodam II Sriwijaya.
Saat acara pisah sambu 5 September 2015 lalu, Gubernur Sulawesi Tengah Drs. H. Longki Djanggola, M.Si sempat berseloroh pada Danrem baru yang asli Minang agar tidak risau memikirkan kampung halaman sebab di Palu juga banyak masyarakat Minangkabau yang datang merantau.
“Tidak usah takut Pak Syaiful, di sini (Palu) banyak Keluarga Minang, di Talise ada Rumah Gadang jadi tidak usah takut kesepian,” canda gubernur.
Informasi yang terhimpun, pesawat Heli Jenis Bell 412 EP Nomor HA-5171 itu terbang dari Desa Watutau, Kecamatan Lore Utara menuju Poso, namun kemudian jatuh di sebuah perkebunan masyarakat di Dusun Petirebajo, Desa Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir sekitar pukul 17.45 Wita.
Kapolres Poso, AKBP Roni mengatakan, petugas sudah melakukan evakuasi terhadap para korban. “Jenazah korban sudah dievakuasi dari lokasi kejadian ke Kota Palu,” ujar Roni, Minggu (20/3).
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) VII/Wirabuana Kolonel I Mae Sutia menyebutkan bahwa musibah jatuhnya helikopter milik TNI AD itu disebabkan cuaca buruk. “Untuk sementara begitu,” kata Made.
Ia mengatakan, para anggota TNI tersebut sedang menjalankan tugas rutin di Poso, khususnya terkait Operasi Tinombala bersama anggota Polri.
Pesawat tersebut ditumpangi 13 personel TNI yakni Danrem 132/Tadulako Kol Inf Saiful Anwar, Kapenrem Mayor Faki, Kapten Yanto (dokter), Kolonel Heri dan Kol Ontang (BIN) dan Prada Kiky (ajuan Danrem).
Sedangkan awak helikopter adalah Kapten Agung (Pilot), Lettu Wiradhy (co pilot), Lettu Tito (co pilot), Sertu Bagus (mekanik), Serda Karmin (mekanik), Pratu Bangkit (avionik).
Berdasarkan informasi dari wartawan iNews di sekitar lokasi, Yohanes Lita, sebelum diduga jatuh akibat tersambar petir, helikopter yang membawa anggota TNI AD sempat menyisir lokasi kelompok teroris Santoso di hutan Desa Siliwanga, Kecamatan Lore Peore, Kabupaten Poso.
“Wartawan diajak untuk ikut kembali ke kota Poso tapi sepertinya enggak ada yang ikut,” kata Yohanes Minggu (20/3). Ia menambahkan, sekira empat jam perjalanan darat dari lokasi penyisiran Santoso ke tempat jatuhnya helikopter tersebut.
Telefon Keluarga
Sebelum peristiwa heli jatuh, salah seorang korban gugur Kolonel Inf Ontang sempat menelefon keluarganya. Adik korban, Martin Sitindaon mengatakan, sebelum peristiwa nahas tersebut kakaknya sempat memberi kabar bahwa dirinya masih berada di Poso.
Minggu pagi, Ontang menelfon istri Martin karena ada arisan di rumahnya sore. Dia memberikan kabar bahwa masih berada di Poso,” kata Martin, Minggu (20/3. Martin masih tak menyangka kakaknya menjadi korban tewas, karena ikut helikopter untuk kembali ke kota Poso. Ia pun mengaku pasrah dengan peristiwa yang merenggut nyawa sang kakak.
“Saya pasrah harusnya jalan darat ya lebih baik. Tadi kita baru tahu dan belum bisa memberikan kabar apa-apa,” singkat Martin.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati menyayangkan insiden tersebut. “Saya turut berduka cita, sangat disayangkan saat kita melakukan operasi antiteror ada kecelakaan,” ujarnya.
Wanita yang akrab disapa Nuning ini mengatakan, kecelakaan ini harus diinvestigasi untuk mengetahui penyebabnya apakah sabotase, human error atau helikopternya yang sudah tidak layak pakai. “Penting juga diinvestigasi soal kemungkinan sabotase,” ucapnya.
Tergolong Baru
Mabes TNI menyatakan helikopter milik TNI Angkatan Darat jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171, yang jatuh di atas perkebunan Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisi, Sulawesi Tengah, layak terbang.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman menyatakan, helikopter yang jatuh itu masih tergolong baru. “Masih baru,” kata Tatang, saat ditanya kelaikan helikopter yang jatuh tersebut, ketika jumpa pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu (20/3/2016) malam.
Helikopter itu, lanjut Tatang, pengadaan sekitar tahun 2012, dari Kanada. Sebelumnya, beredar isu heli yang jatuh di atas perkebunan di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisi, Sulawesi Tengah, terkena serangan kelompok teroris.
“Kita jangan menduga-duga, tadi saya sudah sampaikan penyebabnya adalah cuaca, karena kurang lebih sepuluh menit lagi sebelum tempat pendaratan, cuaca hujan,” kata Tatang.
Tatang enggan menduga apakah helikopter itu jatuh akibat serangan atau ditembak kelompok teroris Santoso yang sedang diburu. Namun, ia membenarkan helikopter itu berangkat dalam kaitan operasi Tinombala, operasi perburuan kelompok Santoso. “Sedang melaksanakan tugas operasi bantuan kepada Polri di Poso,” ujar Tatang.
Mabes TNI menyatakan, tim investigasi sedang dibentuk untuk mengungkap penyebab pasti jatuhnya helikopter tersebut.
Meski menyatakan seluruh penumpang tewas, Mabes TNI menyebut salah satu korban, yakni Lettu Cpn Wiradi masih dalam pencarian.
“Saat ini Pangdam VII Wirabuana sedang pimpin pencarian dan evakuasi, karena masih ada satu korban Lettu Cpn Wiradi belum ditemukan, sementara 12 sudah ditemukan,” ujar Tatang.
Mabes TNI menyatakan, tim investigasi sedang dibentuk untuk mengungkap penyebab pasti jatuhnya helikopter itu. (h/fma/mg-adl/nas/kcm/okz)