Kepergian Kolonel Infantri H Syaiful Anwar, SE membuat Jorong Koto Gadang, Nagari Padang Gantiang, Kecamatan Padang Gantiang Kabupaten Tanah Datar ikut berduka. Ia pergi saat menunaikan tugas negara bersama 12 prajurit TNI AD lainnya di Poso, Sulawesi Tengah. Seperti yang sudah banyak diwartakan, Helikopter Bell 412 EP dengan nomor penerbangan HA 5171 yang ditumpangi 13 prajurit TNI AD itu, jatuh di perkebunan warga di Dusun Patiro, Bajo, Kelurahan Kasiguncu, sekitar 30 menit setelah mengudara.
Mengemban tugas sebagai Danrem 132/Tadulako, Kol (Inf) H Syaiful Anwar, SE menyisakan kisah pilu di kampung halamannya. Ia begitu dibanggakan di kampungnya. Bagi masyarakat Padang Gantiang dan sekitarnya, almarhum merupakan sosok yang dermawan.
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Syaiful Anwar adalah putra asli Dusun Buah Kubang, Jorong Koto Gadang Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Tanah Datar, tepatnya di Jalan Pemuda depan Kantor Bank BRI Padang Gantiang. Ayah dari tiga orang putri kelahiran Padang Gantiang 1966 itu adalah sosok yang selalu dirindukan pemuda kampung halamannya. Kenapa tidak. Setiap ia pulang kampung, prajurit karir TNI AD itu selalu bersuka ria bersama para pemuda. Bahkan ia kerap mengundang organ tunggal untuk berhibur bersama.
“Memang beliau suka bernyanyi. Setiap pulang kampung pemuda selalu berkumpul dan menghadirkan organ pada malam hari. Setiap tahun, ia juga selalu korban satu ekor sapi di sini dan menyantuni warga. Si Ad (panggilan akrab almarhum di kampung), rata-rata dalam setahun pulang dua kali,” sebut Tina kepada Haluan di rumah duka bercerita kenangannya dengan Syaiful Anwar.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Tina yang berusia 63 tahun itu merupakan satu dari sekian banyak keluarga besar mendiang. Ia bahkan kerap mendapatkan salam tempel, sang calon jenderal itu pulang kampung. Dari salam tempel itu, ia menerima jatah berkisar antara Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.
Menurut kakak sulung almarhum, Nurmartias (63), sebelum kepergiannya untuk selamanya menghadap yang maha kuasa, ia sempat bercerita dengannya sekitar pukul 10.00 WIB pagi melalui telepon genggam. Saat itu ia menanyakan kabar dan pembangunan rumah yang dibiayainya di kampung. “Bisa terkejar selesai menjelang lebaran nanti rumah itu, saya rencana akan pulang lebaran nanti,”cerita Nurmartias menirukan percakapan adiknya itu. Saat itu, ia juga mengabarkan bahwa mau berangkat operasi lagi menggunakan helikopter.
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
Niatnya membangunkan orang tuanya rumah, surah direncanakan tatkala orang tuanya M Nur dan Zainar masih hidup sebagai bakti anak kepada orang tua yang ia sayangi. “Memang waktu ibu dan ayah masih ada, si Ad sudah berjanji akan membangunkan rumah pada ibu sekitar tahun 2015 dan 2016, niat itu terpenuhi oleh beliau Januari lalu, rumah ini sudah dibangun sejak Januari dan uangnya langsung dilunasi kepada pemborong,” sebut kakak sulung Syaiful mengenang niat mulianya pada ibunya.
Rumah dengan kondisi sekitar 60 persen tersebut berlantai satu dan terdiri dari enam kamar dan satu ruko berukuran sekitar 5 x 12 meter di depan rumah itu, menurut rencana satu dari enam kamar tersebut, yaitu kamar bagian depan sebelah kanan akan diperuntukkan untuk almarhum Syaiful Anwar yang persis terletak di belakang ruko yang saat ini sudah siap dibangun. Sedangkan ruko diperuntukan untuk dagang barang harian adik iparnya (suami dari adik perempuan Kolonel Syaiful). Rumah yang dibangun Kolonel Syaiful Anwar itu merupakan janji kepada orang tuanya untuk mengganti rumah semi permanen yang telah dibangun orang tuanya sebelumnya.
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
Nurmatias mendiang sempat terharu dan meneteskan air matanya teringat akan adiknya itu, dikala siswa dan guru SMP dan SMAN 1 Padang Gantiang menyampaikan doa dan membacakan yasin yang dipimpin oleh Kepala Kemenang Tanah Datar. Menurut Nur, keluarga tidak dapat firasat apa-apa sebelum kepergiannya selama-lamanya.
Dituturkannya, Syaiful Anwar muda setelah menamatkan pendikan di SMAN 1 Padang Ganting, melanjutkan Akabri di Magelang dan tamat tahun 1990. Setelah tamat, ia langsung dinas di Kopassus di Cijantung hingga berpangkat Kapten. Lalu Danrem itu ditugaskan ke beberapa daerah di tanah air hingga menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako di Sulawesi Tengah.
Di rumah duka di Padang Ganting, tampak berjejer puluhan karangan bunga, menurut kakak korban karang bunga yang pertama tiba berasal dari teman almarhum yaitu Mayor Jenderal Doni Munardo, Pangdam XVI/Patimura di Maluku, lalu dari Kolonel CZI Mulya Jaya, setelahnya dari Bupati Tanah Datar dan Wakil Bupati Tanah Datar, dari SMP dan SMA tempat sekolah almarhum dan lain-lainnya.
Kolonel Syaiful Anwar penggemar sambal jengkol itu adalah anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Mereka bersuadara enam orang laki-laki dan empat perempuan. Pria penggemar olahraga badminton itu pergi menghadap sang khalik dengan meninggalkan seorang istri, Fitriana Syah berasal dari Lampung dan memiliki tiga orang putri yaitu Klaudia mahasiswi ITB Bandung, Bella, kelas 3 SMA dan Armi yang saat ini masih kelas 4 SD
Salah satu kakak almarhum, Afrizal M Nur, dari Jakarta saat dihubungi Haluan menyebutkan bahwa malam kemarin sedang melakukan takziah. “Kami sekarang sedang bertakziah di Jakarta dan jenazah almarhum masih di RS Polri. Rencananya, Syaiful Anwar akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawah di Kalibata. (*)
Laporan: FERI MAULANA