SAWAHLUNTO, HALUAN — Harga jual komoditas perkebunan kakao dan karet di tingkat pengepul di Kota Sawahlunto mulai membaik. Terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada dua komoditi tersebut.
Kakao yang sebelumnya Rp25.000 per kg naik menjadi Rp28.000 per kg. Begitu juga dengan harga karet yang naik hingga 33 persen, dari harga semula Rp4.500 per kg, kini menjadi Rp6.000 per kg.
Baca Juga : Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2021 Catatkan Surplus 1,96 Miliar Dolar AS
Kenaikan kakao dan karet tidak diikuti oleh harga jual Pinang yang pekan ini mengalami penurunan. Harga jual pinang yang pekan lalu di kisaran Rp10.000 per kg, menjadi Rp8.000 per kg pada pekan ini, atau turunturun sekitar 20 persen.
Ramaas (55), salah seorang pengepul komoditas perkebunan di Kampung Teleng, Sawahlunto mengatakan, naik dan turunnya harga komoditas perkebunan sangat tergantung pada pemesanan dan kualitas komoditas hasil pertanian dan perkebunan warga itu sendiri. Harga pinang kering, misalnya, sangat tergantung terhadap pemesanan dari importir dari India. Selain itu juga ditentukan oleh kualitas dari butiran pinang setelah diolah.
Baca Juga : Harga Kebutuhan Pokok di Padang Cenderung Stabil
“Jika kualitas baik, nilai jualnya ikut terpengaruh,” ujarnya.
Meski harga kakao dan karet mulai membaik, kata Ramaas, namun minat jual petani masih biasa. Hal itu berkemungkinan disebabkan oleh faktor cuaca yang kurang bersahabat, misalnya sering hujan. Kalau cuaca sering hujan, hasil penjemuran kurang baik atau kurang kering, yang berpengaruh pada harga beli dua komoditas itu.
Baca Juga : Peluang untuk Tenaga Kerja, Dibuka Pendaftaran Kerja ke Jepang untuk Perawat
Menurut Ramaas, kenaikan maupun penurunan harga jual buah pinang ini tidak bisa diprediksi, karena ia dan pengepul lainnya juga bergantung kepada pemesan ataupun permintaan pasar.
Kenaikan harga jual kakao dan karet sangat disyukuri oleh masyarakat setempat semenjak pekan lalu.
Baca Juga : Jadi Ujung Tombak Penyaluran BBM di Sumbar, Ini Modal Utama Elnusa Petrofin
“Kami bersyukur harga kakao dan karet terus naik dan membaik. Dengan begitu, beban kami bisa sedikit terbantu,” kata Ponira, petani pinang di daerah Saringan.
Ia berpendapat, kenaikan harga ini memicunya dan petani lainnya untuk lebih bersemangat memanen hasil kebun, dari yang selama ini ada kecendrungan sedikit malas memanen karena rendahnya harga jual. (h/mg-rki)