Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan segera melakukan revitalisasi terhadap Taman Hutan Raya (Tahura) Bung Hatta. Tentu saja ini merupakan angin segar di tengah minimnya tingkat kunjungan ke salah satu kawasan cagar alam hutan primer di Sumbar tersebut.
Tahura Bung Hatta sendiri merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat yang berfungsi untuk melestarikan plasma nutfah, perlindungan sumber daya alam, pendidikan dan penelitian, pembinaan cinta alam, dan sekaligus sebagai tempat rekreasi yang pas untuk melepaskan kepenatan dari hiruk pikuk kehidupan kota.
Baca Juga : Beragam Tradisi Unik Masyarakat Adat Indonesia di Bulan Rajab
Kepala Disbudpar Kota Padang Medi Iswandi kepada Haluan mengatakan, proyek revitalisasi akan segera dilakukan mulai awal Maret 2016 ini dan direncakan selesai menjelang Agustus tahun ini. Pemko Padang menyadari begitu besarnya potensi ekowisata yang bisa dimanfaatkan di Tahura Bung Hatta.
“Sebelumnya kawasan ini adalah lokasi Kebun Raya Setia Mulya yang diresmikan Wapres Mohammad Hatta tahun 1955. Pengelolaan kawasan saat itu menjadi tanggung jawab Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sekarang dikenal dengan LIPI. Tahun 1961 diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Barat. Lalu pada 1981 pengelolaan diserahkan kepada Universitas Andalas. Barulah pada 31 Januari 1991 pengelolaannya diserahkan ke Pemko Padang,” ucap Medi mengawali perbincangan dengan Haluan Wisata, Rabu (24/2).
Baca Juga : Ini Daftar Hewan Langka yang Perlu Kamu Lihat Sebelum Punah
Dijelaskannya, saat ini Tahura Bung Hatta memiliki luas mencapai 70.000 haktare. Untuk pengelolaan hutannya berada di bawah Dinas Kehutanan, sedangkan untuk pengelolaan wisatanya berada di bawah Disbudpar Pemko Padang.
Tahura Bung Hatta merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan yang berada di ketinggian 300-700 Meter dari permukaan laut (dpl) dan menjadi bagian dari jajaran Bukit Barisan yang membentang dari utara ke selatan. Tentu saja, suhu yang cukup sejuk (19-26ÚC) sangat layak menjadi destinasi ekowisata bagi para pengunjung yang datang. Tak cukup sampai di situ, terdapat 14 sungai mengalir di kawasan ini yang beberapa di antaranya bermuara ke Batang Arau, Batang Kuranji, dan Batang Air Dingin di Padang.
Baca Juga : Berminat untuk Menjadi Penyelam? Ini Tipsnya untuk Pemula
“Potensi ekowisatanya sangat luar biasa. Tahura Bung Hatta adalah sorga tropis yang menjanjikan bentangan alam bergelombang dan curam, dan ditumbuhi beraneka ragam jenis tanaman tropis yang masih asli, termasuk ratusan jenis binatang khas Pulau Sumatera juga ada di dalamnya,” lanjut Medi.
Selain itu, Medi juga meyakini, jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari pusat Kota Padang (20km) dan dari Kota Solok (30km) membuat potensi itu apabila direvitalisasi akan bisa menarik minat pengunjung untuk berdatangan.
Baca Juga : Pembelajaran Ideal Anak saat Pandemi
Beragam daya tarik ditawarkan oleh Tahura Bung Hatta, seperti Bunga Raksasa Raflesia Arnoldi yang memerlukan waktu lebih kurang 10 bulan untuk berkembang dan hanya akan mekar selama sekitar 15 hari dengan diameter mencapai satu meter. Selain itu, juga terdapat beragam Flora lain seperti Kuini, Sirsak, Srikaya, Durian, Kemiri, Antidesma Montanum, Aporusa Benthamiana, Bischofia Javanica, Clauxylon Polot, Euphorbia Pulcherrima dan lain sebagainya.
Belum lagi sumber daya Fauna yang juga beraneka ragam. Sebut saja Kambing Hutan, Kijang, Rusa, Tapir, Harimau Sumatera, Beruk, Kera Ekor Panjang, Siamang, Rangkong dan beberapa satwa unik lainnya yang jarang ditemui di belantara lainnya.
Bicara fasilitas, pengunjung akan dapat menyaksikan patung Proklamator sekaligus Wakil Presiden RI Dr. M Hatta yang namanya diabadikan sebagai nama Tahura tersebut. Selain itu, fasilitas pintu masuk dan pejualan tiket membuat Tahura ini terlihat semakin terurusi. Di dalam Tahura juga terdapat guest house dengan kapasitas 50 orang serta tempat untuk beribadah.
Namun pengakuan Medi, beberapa tahun terakhir tingkat kunjungan ke Tahura Bung Hatta memang cukup rendah. Selama 2015, jumlah pengunjung hanya 4.000 orang. Oleh karena itu revitalisasi memang perlu dilakukan. Untuk anggaran sendiri tengah dalam tahap pengadaan. Diperkirakan, proyek revitalisasi Tahura Bung Hatta ini akan menelan biaya kurang lebih Rp700 juta.
“Nanti di sana akan dibangun Gapura, taman tematik, guest host, wahana outbound, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Dan satu lagi, kami tengah memikirkan transportasi jenis apa yang dapat mengundang minat pengunjung ke sana. Dulu di waktu masih ramai, ada trayek bus kota yang sampai ke Tahura itu, tapi sekarang hanya mobil umum antar kota yang melintas di sana. Kami targetkan tingkat kunjungan setelah revitalisasi mencapai 20.000 orang” ucap Medi antusias.***
Laporan: JULI ISHAQ PUTRA