PADANG, HALUAN — Banyak modal dasar yang harus dimiliki Indonesia untuk menjamin ketahanan energi di masa datang dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan khususnya panas bumi, tenaga surya, tenaga air dan energi laut.
Pasalnya, energi terbarukan ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat dikembangkan dengan melibatkan masyarakat setempat. Jadi Indonesia belum perlu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Baca Juga : Sebanyak 2.500 Pedagang Pasar di Kota Padang Divaksinasi
Demikian disampaikan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi dalam seminar nasional yang diselenggarakan Institut Teknologi Padang (ITP) dengan tema ‘Ketahanan Energi Nasional dan Implementasi 35.000 MW terhadap Sumbar,’ Rabu (30/3) di Aula kampus ITP.
Seminar yang digelar dalam rangka Dies Natalis ITP ke-43 tersebut dibuka Asisten II Setdaprov Sumbar Syafruddin. Turut hadir Ketua Yayasan Pendidikan Teknologi Padang, Zulfa Eff Uli Ras, Rektor ITP Hendri Nofrianto dan segenap pimpinan ITP, diikuti mitra kerja, mahasiswa dan juga instansi pemerintah.
Baca Juga : Hari Ini, Pedagang Pasar Raya Melakukan Vaksinasi
Selain itu, ITP juga mendatangkan pembicara Agung Prasetyo, mewakili Dirjen Kementerian ESDM, Kepala Subdirektorat, Tenaga Teknik Ketenagalistrikan Mira Suryastuti dan Edrizal dari Dinas ESDM Provinsi Sumbar.
Menurut Rinaldy, PLTN berisiko tinggi untuk Indonesia karena berada di daerah gempa. Selain itu, Indonesia masih mempunyai potensi energi yang cukup dan tidak berisiko. Di samping itu Indonesia belum siap dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), penyediaan bahan bakar nuklir, dan dalam menangani teknologi pengayaan uranium.
Baca Juga : Jadwal Shalat untuk Kota Padang dan Sekitarnya Kamis 04 Maret 2021
Sebaliknya, pemanfaatan energi terbarukan tidak memiliki risiko yang berbahaya, lebih bersih dan tidak menimbulkan polusi dibandingkan dengan PLTN. Biaya produksinya pun saat ini sudah jauh lebih rendah jika dibandingkan beberapa tahun lalu.
“Kita masih memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, aman dan murah. Apabila ini dikelola dengan baik, kita tidak saja memenuhi kebutuhan listrik nasional namun juga mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil,” ujar Rinaldy.
Baca Juga : Ini Tanggapan Hendri Septa soal Siapa Wakil Walikota yang Mendampinginya
Energi mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi kebutuhan dasar dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Oleh karena itu, energi harus digunakan secara hemat, rasional dan bijaksana agar kebutuhan energi pada masa sekarang dan yang akan datang dapat terpenuhi.
“Oleh karena itu, masing-masing daerah harus memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan energinya,” imbaunya.
Asisten II Setdaprov Sumbar Syafruddin mengimbau perguruan tinggi agar turut berperan serta dalam pengembangan energi terbarukan, mengingat SDM masyarakat lokal yang masih rendah. “Kita jangan memanjakan teknologi bangsa asing, tapi ciptakan teknologi sendiri,” papar Syafruddin.
Edrizal, dari Dinas ESDM Provinsi Sumbar menjelaskan bahwa secara umum ketersediaan listrik di Sumbar sangat cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Sumbar.
Sementara itu, untuk pengembangan pembangkit listrik 35.000 MW dari sektor energi terbarukan, pemerintah telah mengambil kebijakan di antaranya membuat perda tentang ketenagalistrikan, melakukan inventarisasi potensi energi baru dan terbarukan yang dapat dikembangkan.
Kemudian, membangun PLTMH dan Pikohidro setiap tahun, mengembangkan kelistrikan bagi daerah terisolir melalui tenaga surya, angin dan gelombang. Serta sejumlah kebijakan lainnya.
Untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan di Sumbar, dibutuhkan peran serta semua pihak termasuk pemerintah daerah untuk mengantisipasi hambatan sosial, khususnya pada proses pembebasan tanah dan hal-hal lainnya.
Terakhir Rektor ITP Hendri Nofrianto berharap, melalui seminar ini dapat menumbuhkan kepedulian semua pihak terhadap pentingnya kedaulatan energi dan ketahanannya di masa datang. (h/win)