SOLOK, HALUAN — Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kogussel adalah salah satu koperasi terbaik di Kabupaten Solok. Koperasi yang berkantor di Jl. Raya Koto Baru, Kecamatan Kubung ini, mempunyai anggota 451 orang hingga akhir Desember 2015. Sebagian besar anggota adalah guru.
Usaha yang dijalankan adalah unit simpan pinjam. Kekayaan bersih koperasi ini pada 2015 mencapai Rp5,3 miliar, meningkat dari tahun 2014 yang sebesar Rp4,4 miliar.
Berbicara di kantornya pada akhir Maret 2016, Ketua KPRI Kogussel, Damsurifli mengatakan, setiap anggota dapat dilayani dengan pinjaman paling besar Rp50 juta, dilunasi dalam jangka 60 bulan.
Selain itu, koperasi juga menyediakan bermacam barang kebutuhan anggota, mulai dari alat tulis, barang elektronik, perabot dan kebutuhan rumah tangga dengan sistem penjualan kredit. Nilai kredit maksimal Rp7 juta, cicilan 20 bulan. Pinjaman insidentil maksimal Rp5 juta. Bunga pinjaman rata-rata 1,1 persen per bulan. “Koperasi ini paantok tangih (pereda tangis, red-) bagi anggota,” ungkap seorang anggota yang diaminkan segenap pengurus.
Didampingi Zainuddin (Wakil Ketua), Jonrison (Sekretaris), dan Afrida (Badan Pengawas), Damsurifli menjelaskan, selama 2015, jumlah pinjaman yang disalurkan kepada anggota mencapai Rp7,93 miliar lebih, meningkat dari tahun 2014 yang sebesar Rp6,23 miliar lebih.
Dari besar pinjaman yang dikucurkan itu, koperasi memeroleh jasa pinjaman sebesar Rp856,7 juta lebih. Pendapatan lainnya sebesar Rp17,8 juta dan pendapatan administrasi Rp40 juta. Total pendapatan atau Sisa Hasil Usaha (SHU) kotor selama 2015 mencapai Rp914,3 juta, sementara total pengeluaran selama 2015 sebesar Rp645,8 juta lebih. Dengan demikian, koperasi ini membukukan SHU sebesar Rp268,4 juta, meningkat dari tahun 2014 hanya Rp214,3 juta.
Untuk melayani kebutuhan anggota selama ini, koperasi masih mengandalkan pinjaman dari pihak ketiga, di samping dana koperasi berupa simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Simpanan pokok sebesar Rp100.000, dan hingga akhir Desember 2015 berjumlah Rp44,67 juta, sementara simpanan wajib Rp200.000 per bulan, hingga akhir 2015 mencapai Rp4,5 miliar lebih.
Menurut Damsurifli, pengurus dan anggota sepakat bahwa pertengahan tahun 2017, koperasi ini bebas dari pinjaman pihak ketiga. Caranya, diperkuat permodalan melalui tabungan keluarga yang dibuka oleh koperasi. Anggota diharapkan menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan keluarga, bunga diberi koperasi sebesar 0,7 persen per bulan.
Kemudian guru-guru yang memperoleh tunjangan (bersertifikat) sepakat untuk menyisihkan Rp1 juta per orang per triwulan untuk disimpan di koperasi. Sebanyak 231 orang dari 451 orang anggota adalah guru yang sudah sertifikasi, dan menerima tunjangan sekali tiga bulan. Setiap guru menerima berkisar Rp9 juta hingga Rp12 juta. Artinya, setiap tiga bulan mengalir dana sebesar Rp231 juta atau Rp924 juta per tahun. “Jumlah tersebut sangat membantu koperasi,” ujar Zainuddin.
Pengurus optimistis target akan tercapai. Loyalitas anggota tidak perlu diragukan lagi. Itulah yang membuat koperasi ini makin berkembang dan memiliki kantor sendiri, bangunan permanen berukuran 10x16 meter di atas tanah seluas 840 meter persegi.
“Dulu kami menumpang di kantor UPT berukuran 3 x 4 meter. Bertahun-tahun mengurus koperasi di ruang sempit. Alhamdulillah, tahun 2005 kami sudah bisa menempati kantor baru ini,” ucap Damsurifli, yang sudah lima periode dipercayai sebagai ketua.
Kemajuan koperasi ini, ungkap Damsurifli, merupakan impian pendiri dan anggota, karena koperasi ini dibentuk 2 Mei 1972, saat ekonomi guru-guru sangat susah. Semua guru terlilit utang. “Ketika menerima gaji pada awal bulan, uang sudah di tangan, tapi kami ditunggu oleh penagih utang. Sekarang, Alhamdulillah suasana sudah jauh berubah,” imbuhnya. (h/rb)