SAWAHLUNTO, HALUAN — Digelarnya Sawahlunto Randai Festival 2016, yang merupakan iven randai perdana, yang seakan kembali ‘Mambangkik Batang Tarandam’, mengembalikan kejayaan kesenian randai yang telah turun temurun sebagai sarana media hiburan dari masyarakat Minangkabau.
Istilah ‘Mambangkik Batang Tarandam’ itu, terlontar oleh salah seorang tokoh masyarakat Sawahlunto H. Jaswandi, yang juga merupakan salah satu pembina sanggar randai di Kota Sawahlunto.
Baca Juga : Leonardy Harmainy Diskusikan Persoalan Layanan Komunikasi dan Internet dengan Masyarakat Tandikek Barat
Haji Wan, biasa pria ini disapa, menilai, festival randai ini sangat penting untuk melestarikn kekayaan seni dan budaya, jangan sampai kekayaan budaya Minangkabau yang dimiliki tergerus kemajuan jaman.
Harus dilestarikan dan diparaktekkan secara terus menerus.Randai sendiri sebutnya, adalah kesenian tradisional di Ranah Minang yang dimainkan secara berkelompok membentuk lingkaran, kemudian melangkah kaki secara perlahan dengan gerakan terukur, gerakan dilakukan sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara bergantian.
Baca Juga : SDG’S Desa Dikupas Leonardy di Tandikek Barat
“Randai menggabungkan seni musik, tari, drama dan silat menjadi satu. Adapun cerita randai biasanya diambil dari legenda yang berkembang ditengah masyarakat, Sedangkan fungsi kesenian ini adalah alat pertunjukkan untuk menyampaikan pesan dan nasehat kepada masyarakat,” ungkapnya.
Yang pantas disyukuri bersama saat ini, adalah adanya perhatian dari pemerintah daerah setempat untuk mewadahi lestarinya seni dan budaya masyarakat tersebut, tidak banyak dari pemerintah daerah yang mau untuk konsen dan fokus memberikan pembinaan terhadap sanggar sanggar kesenian yang ada.
Baca Juga : Senin Pagi, Bupati Andri Warman Memulai Aktivitas Kedinasan
Dengan semangat itu tentu akan mampu mengembalikan kesenian dan budaya yang dimiliki sebagai kekeyaan bangsa dan daerah, apalagi saat ini generasi muda mulai bersemangat untuk mempelajarinya.
“Kita pantas berbangga, Kota Sawahlunto yang hanya memiliki empat kecamatan dan 10 nagari itu, telah memiliki lebih dari 16 sanggar randai. Ini bukti bahwa warga kita masih senantiasa peduli dan memelihara kekayaan seni dan budaya itu sendiri,” terang Jaswandi yang juga anggota DPRD itu.
Baca Juga : Kembangkan Sektor Pariwisata, Bupati Andri Warman Lirik Tiga Kawasan Ini
Ke depan, apa yang tersirat dalam sitilah ‘Mambangkik Batang Tarandam’ akan benar terwujud, kembali kembang dan tumbuhnya serta lestarinya setiap kearifan lokal masyarakatnya, dalam memaknai bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan memelihara kebudayaan yang dimiliki, terlebih identitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh budaya dari masyarakatnya. (h/mg-rki)