JAKARTA, HALUAN — Wakil Ketua Komite Etik Partai Golkar, Lawrance F Siburian mengatakan siap mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menggelar pertemuan dan berkonsultasi terkait uang iuran calon ketua umum sebesar Rp1 miliar.
“Surat kita sudah kirim. Tanya waktu yang kita mohon ke mereka supaya (konsultasi) lebih cepat lebih baik,” ujar Lawrance usai menggelar rapat bersama Steering Committe di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelli Murni, Jakarta Barat, Selasa (3/5).
Baca Juga : Terbongkar Pabrik Ganja Sintetis yang Incar Kalangan Pelajar
Lawrance berharap, penjelasan KPK nantinya bisa menjadi pemahaman terhadap semua kader partai. Meski demikian, ia menyebut Ketua Komite Etik, Fadel Muhammad telah bertemu secara informal dengan pimpinan lembaga antirasuah.
Politik uang, lanjut Lawrance, bisa merusak demokrasi. Sebab itu, jika nantinya KPK merekomendasikan untuk penghapusan Rp1 miliar, maka aturan tersebut tidak akan diberlakukan.
Baca Juga : Waduh! Indonesia Masuk dalam 35 Negara Rawan Bencana di Dunia
“Kalau KPK sampaikan, kita ikuti. Kerja ini kerja panitia. Mereka sebagai calon maju tanpa beban. Kalau dibatalkan (iuran) untuk semua, biar tidak ada diskriminasi. Itu perlu, karena kalau tidak bagaimana kita bisa mencegah korupsi di parlemen,” tukasnya diwartakan okezone.
Sementara hasil rapat pleno DPP Partai Golkar juga telah memutuskan bahwa setiap bakal calon ketua umum, harus membayar iuran sebesar Rp1 miliar. Ketua Steering Committe (SC), Nurdin Halid memastikan keputusan tersebut seuai Pasal 37 AD/ART tentang Keuangan.
Baca Juga : Presiden Jokowi Lapor SPT Tahunan PPh secara Daring
“Jadi di panitia sudah diputuskan, berdasarkan pleno, AD/ART Pasal 37 sah, tidak ada dilanggar,” ujar Nurdin di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelli Murni, Jakarta Barat, Selasa (3/5).
Mahar Rp1 Miliar Dinilai Wajar
Baca Juga : Satu Tahun Covid-19, Lucy Kurniasari: Pemerintah Jangan Profit Oriented
Direktur Kajian Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspriabri Sumowigemo mengatakan biaya politik demokrasi memang mahal. Karena itu tidak mengherankan jika Partai Golkar meminta Rp1 miliar dari caketum. Salah satu faktornya karena geografis Indonesia yang luas.
“Kalo negara kita sebesar Singapura enak juga, tinggal satu jam naik mobil udah ngumpul semua, tahu sebesar negara-negara kecil di Eropa,” katanya, Selasa (3/5).
Guspiabri mengatakan seluruh masyarakat harus diberitahu, secara geografis Indonesia sangat besar. Jika dibandingkan dengan Eropa luas Indonesia dari London sampai Moskow. Karena itu biaya politik menjadi sangat mahal. Karena harus memberikan transportasi untuk seluruh DPP di seluruh Indonesia.
“Kemudian tidak relevan biaya Munas Golkar berapa miliar dibandingkan bisa membangun berapa sekolah atau rumah sakit,” katanya seperti dilansir republika.
Guspiabri mengatakan, dengan biaya demokrasi yang mahal pemilik hak suara harus menaati konsensus yang sudah disepakati. Dengan tidak melakukan politik uang.
Bila ada satu pihak, entah caketum atau tim sukses caketum melanggar kesepakatan, maka kandidat lainnya akan melakukan hal yang serupa. “Karena Indonesia sudah sepakat untuk demokrasi. Ya demokrasi mahal kalo mau murah kita biayain satu keluarga untuk mengedalikan semuanya seperti zaman orde baru. Tidak perlu ada munas dan rakerda,” katanya. (h/yan)