PADANG, HALUAN — Ilham Darwis membangun Hani Mart dengan modal Rp16 juta. Pada awal mendirikan minimarket itu, ia tak menyangka kalau usahanya itu semakin berkembang dari hari ke hari, hingga memiliki investasi sebesar Rp1,5 miliar saat ini.
Ia mendirikan Hani Mart pada 2007 setelah berhenti bekerja dari balk terminal di Pelabuhan Teluk Bayur. Ia berhenti setelah setahun bekerja di balk terminal karena tak nyaman bekerja. Ia merasa hidupnya monoton karena pergi pagi dan pulang sore, dengan gaji yang menurutnya tak sebanding dengan rutinitas itu. Sebelum bekerja di balk terminal, ia bekerja di Padang Sidempuan di perusahaan penyusun ISO, standar mutu. Di sana gaji saya cukup besar.
Baca Juga : Perluas Layanan Perbankan Seamless dan Terdigitalisasi, PermataBank Resmikan Model Branch Lippo Cikarang
Usai berhenti bekerja di balk terminal (pengiriman minyak kelapa sawit ke luar negeri), Ilham mencoba membuka toko kecil di rumahnya, Jalan Beringin No 55, Lolong, Padang, belakang Kantor DPW PPP Sumbar. Ia mengaku tidak memiliki latar belakang dan pengetahuan bisnis saat membuka usaha dengan modal awal Rp16 juta itu. Rp10 juta dari modal itu habis untuk membuat rak dan upah tukang. Sisa uang Rp6 juta itulah yang ia gunakan untuk membeli barang, jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran minimarket.
“Uang Rp6 juta itu saya bawa ke toko grosir di Pasar Raya Padang. Tiba di sana, saya tidak tahu akan membeli barang apa untuk dijual di minimarket. Saya lalu pulang. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli barang yang bisa kami pakai sekeluarga. Tujuannya, kalau barang itu tidak terjual, kami bisa memakainya,” kenangnya kepada Haluan, Jumat (6/5).
Baca Juga : Tips Sederhana Atur Keuangan Agar Bisa Pangkas Utang
Saking tidak punya pengetahuan bisnis di bidang minimarket sekalipun, Ilham mengaku tidak tahu kalau barnag-barang minimarket bisa dibeli dari distributor. Jadi, ia membeli barang selama setahun di grosir di pasar raya. Baru setelah itu, setelah barnag-barang di minimarketnya semakin banyak ada pemasok yang singgah di tokonya untuk menawarkan barang. Sejak saat itu, ia membeli barang ke distributor melalui pemasok tersebut.
Meski pun sudah membuka usaha sendiri selama 3 tahun, Ilham masih belum yakin dengan pekerjaannya itu. Hatinya masih mendua, antara ingin bekerja sebagai pegawai di perusahaan dan berwiraswasta. Pada suaut malam, ia berdoa kepada Tuhan dalam salat Tahajud.
Baca Juga : Hati-hati Pengguna Snack Video! OJK Sebut Ilegal
“Saya berdoa, kalau memang ini rezeki saya, tetapkanlah hati saya. Tiga bulan setelah saya berdoa itu, tekad saya penuh untuk memajukan usaha ini,” ujarnya.
Ia mulai memperbesar tokonya. Tokonya yang semula merupakan garasi mobil, ia perlebar dengan mengorbankan sebuah kamar dan teras di rumahnya. Kemudian, ia rajin membaca buku tentang usaha swalayan dan berkunjung ke toko swalayan lain. Tujuannya untuk membandingkan usahanya dengan usaha sejenis yang telah maju. Ia juga membenahi pelayanan kepada konsumen. Ia menambah karyawan. Kini karyawanya sudah 5 orang.
Baca Juga : BIB Tuah Sakato Hasilkan Pemasukan 400 Juta Pertahun
Pada akhirnya, Ilham menyadari bahwa pilihannya membangun minimarket adalah pilihan yang tepat karena di kawasan tersebut tak ada toko swalayan. Karena tahu tokonya dibutuhkan masyarakat setempat, ia pun membuat pelayanan yang bagus. Salah satunya dengan membuka toko mulai pukul 7.00 WIB dan tutup pukul 22.00 WIB.
“Di sekitar ini, tidak ada toko P&D yang buka pukul 7.00 WIB, semuanya buka di atas pukul 7.00 WIB,” sebutnya.
Ke depan, Ilham berencana membuka cabang. Rencana itu baru sebatas rencana yang mentah. Ia akan memikirkan untuk mewujudkan rencana itu setelah naik haji nanti. (h/dib)