PADANG, HALUAN — Umaiyah (47) memulai usaha rakik (rempeyek) dari pondok kecil sebagai tempat memasak rakik kacang dan rakik maco.
Wanita kelahiran Pariaman ini membuat rakik kacang mulai 2013, dengan modal awal Rp40 ribu di rumahnya, Jalan Batang Kabuang Ganting, RT 02/RW II, Kecamatan Koto Tangah, Padang. Ia membuat rakik kacang dibantu oleh suaminya, Yuswardi (54), dari mulai menyiapkan hingga menggoreng rakik kacang.
Baca Juga : Pasar Keuangan Indonesia Merah Membara: Rupiah Keok, IHSG Rontok, Emas Pegadaian Merosot
Sebelumnya, mereka berternak ayam potong selama sepuluh tahun. Pada 1998, mereka beralih usaha ke bidang angkutan karena pendapatan dari beternak tersebut makin merosot dari hari ke hari. Yuswardi membeli satu unit truk pasir, sekaligus menjadi sopirnya. Saat itulah Umaiyah mulai bekerja sambilan dengan membuat rakik kacang dan rakik maco sebagai, selain menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga. Rakik kacang dan rakik maco itu dijualnya di kedai sendiri dan dijual di luar kedai kalau ada pesanan.
Setelah truk pasir Yuswardi dikemudikan selama 15 tahun, truk tersebut kalah bersaing dengan truk pasir lain yang masih bagus. Yuswardi lalu menjual truk tersebut. Sejak saat itu, Umaiyah, dibantu suaminya, berfokus membuat rakik kacang sebagai sumber utama pendapatan keluarga. Mereka yakin bahwa usaha itu mampu menupang ekonomi keluarga
Baca Juga : Pagi Ini Nilai Tukar Rupiah Stagnan di Rp 14.260/US$
“Saya membantu apa yang bisa saya kerjakan. Anak-anak pun demikian. Jadi, ini pekerjaan keluarga,” ujar Yuswardi belum lama ini.
Yuswardi dan Umaiyah membuat rakik kacang hampir setiap hari. Rakik itu mereka titipkan di kedai-kedai di seputaran Koto Tangah, dan ada pula yang dibawa oleh anaknya, Arif Maulana, sambil pergi kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Padang untuk dititipkan di warung dekat kampus di kawasan Jati, Padang. Kemudian, ada pula yang memesan langsung, dijadikan oleh-oleh untuk dibawa keluar Sumatera Barat. Juga ada pesanan dari katering.
Baca Juga : Turun 6%, Harga Emas Drop di Bawah US$ 1.700
Dalam sehari, Umaiyah bisa memproduksi tiga bungkus rakik kacang. Dalam sebulan, ia memproduksi sekitar 20 bungkus atau 2.400 keping rakik kacang. Sebungkus rakik tersebut berisi 150 keping, dengan harga eceran Rp500 per keping. Sejak Januari 2016, ia menaikkan harga eceran menjadi Rp1.000 per keping karena harga bahan, termasuk kacang tanah, juga naik. Isi per bungkusnya pun ikut ia kurang menjadi 120 keping.
Selain dititipkan di sejumlah kedai, Umaiyah juga menitipkan rakik kacangnya di satu mini market yang rutin menerima rakik tersebut rata-rata 20 bungkus per bulan.
Baca Juga : Presiden Jokowi: Perdagangan Digital Harus Dorong Pengembangan UMKM
“Kalau ada yang pesan rakik maco, juga saya buatkan. Yang rutin hanya rakik kacang,” sebut wanita yang memiliki 5 anak ini.
Ia menuturkan, laba yang ia dapatkan dari rakik kacang tak besar. Tetapi, keuntungan itu bisa untuk membiayai kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anaknya, terutama yang kuliah di STIQ Padang. (h/rb)