Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada dua pengertian demam. Pertama untuk orang yang sakit karena panas badannya lebih tinggi daripada biasanya. Kedua, pengertian demam karena tergila-gila. Mareka tergila-gila dengan pariwisata.
Pemerintah dan pelaku pariwisata memang harus membuat banyak orang demam pariwisata agar pariwisata ini menjadi bagian dari hidup mereka. Adanya diskusi-diskusi di tengah masyarakat, baik di lapau-lapau, di kantor dan dimana saja tentang pariwisata merupakan hal yang positif. Semakin banyak orang yang berbicara tentang pariwisata tentunya akan semakin membawa perbaikan terhadap pariwisata.
Baca Juga : SKB 3 Menteri Terkait Pemakaian Seragam siswa Perlu Ditinjau Ulang
Sasaran akhir kita membuat masyarakat Sumatera Barat paham tentang pariwisata. Kalau sudah paham akan datang kesadaran bagaimana pariwisata itu dikelola. Pariwisata tidak tak cukup hanya mengandalkan keindahan alam, makanan yang disuguhkan enak, budaya yang menarik dan sebagainya. Pengunjung butuh pelayanan yang memuaskan dan rasa aman.
Orang yang sadar wisata akan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk menyambut kunjungan wisata. Tukang parkir, pengusaha rumah makan, sopir, pedagang cendera mata dan sebagainya kalau sudah paham dan sadar wisata kita yakin kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat akan berjubel.
Baca Juga : Jangan Ikuti! Iblis Penebar Hoaks Pertama
Kita tak ingin lagi mendengar ada tamu yang kena pakuak ketika membayar makan. Main pakuak hanya untung sesaat. Orang yang kena pakuak akan merasa kapok dan tak akan kembali lagi.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan beberapa kabupaten dan kota mulai gencar membangun pariwisata seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Bukittinggi, Sawahlunto dan lainnya. Hasilnya setahap demi setahap mulai dirasakan.
Baca Juga : Surau Inyiak Djambek, Warisan Gerakan Pembaruan Pemikiran Islam
Saat ini, kawasan Mandeh mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal dan nusantara. Sejumlah kelompok dan reunian sekolah dilaksanakan di kawasan Mandeh. Sementara Kota Bukittinggi setiap libur disesaki pengunjung. Perbaikan pelayanan juga sudah dilakukan di kota yang lebih duluan berjuluk kota wisata ini.
Keluhan pengunjung yang menyebut ada main pakuak harga makanan di Bukittinggi diatasi dengan mencantumkan daftar harga. Kalau sudah tahu harganya, kemudian orang tetap membelinya, itu pilihan mereka. Kalau sudah pilihan tak perlu lagi ngoceh menyebut mahal.
Baca Juga : Prabowo dan Habib Rizieq
Begitu juga Kota Padang, pantai Padang yang dulunya semrawut sekarang sudah bersih dan tertata dengan baik. Dampaknya, juga sangat besar. Jumlah kunjungan ke Pantai Padang meningkat. Bisa disaksikan setiap sore pantai ini ramai. Orang berkeluarga tak segan lagi mambawa anak-anak mereka ke pantai, karena tak ada lagi payung ceper. Pengunjung juga mulai merasa nyaman.
Demam pariwisata sudah mulai kita rasakan. Sedikit hari libur saja, orang sudah heboh. Ini menunjukkan bahwa liburan atau wisata sudah bergerak dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder, bahkan ada yang sudah masuk ke pintu kebutuhan pokok.
Jika konsep sadar wisata dan sapta pesona bisa kita realisasikan, maka Sumbar akan meraup keuntungan besar dari sektor pariwisata ini. Tentunya dengan tetap membangun dan menumbuhkembangkan potensi pariwisata itu sendiri. ***