Tanpa keseimbangan, kehidupan akan menjadi kacau, termasuk kehidupan rumah tangga. Tanpa adanya keseimbangan seorang istri, mungkin tidak akan mampu menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya.
Tanpa keseimbangan pula, seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai wanita karier, belum tentu mampu menjadi profesional yang baik di kantornya.
Baca Juga : Beragam Tradisi Unik Masyarakat Adat Indonesia di Bulan Rajab
“ Hanya dengan menjaga keseimbangan (balance) secara konsisten, seorang wanita bisa memerankan kariernya, sekaligus jadi istri yang baik di rumah. Lalu, keseimbangan seperti apa yang mampu mempengaruhi keharmonisan keluarga,” kata Herlin.
Keseimbangan yang harus dipegang yaitu, keseimbangan dalam keluarga, bersama masyarakat dan dikantor. Oleh karena itu, harus pintar membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.
Baca Juga : Ini Daftar Hewan Langka yang Perlu Kamu Lihat Sebelum Punah
Kepintaran mengelola waktu ini, merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
“Menjadi perempuan di era modern saat ini sudah hal yang lumrah jika harus membagi waktu antara pekerjaan, rutinitas karir, serta keluarga,” ujar ibu dari Mufida Afiya Nur Fadila, Ahmad Zaki Fitrah Nurrahman, Ahmad Rayyan Fitrah Nurrahman dan Zufdiyyah Rifda Nur Fadillah.
Baca Juga : Berminat untuk Menjadi Penyelam? Ini Tipsnya untuk Pemula
Perempuan yang baru menjabat Dirut RSUD Dr.Rasidin ini, tidak lupa dengan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Khususnya, memasak masakan favorit keluarga yaitu cumi saos tomat.
“Meskipun, saya cuma masak cumi saos tomat. Karena, makannya bersama anak-anak jadinya terasa nikmat sekali. Padahal, yang dimasak ibunya hanya sambal biasa,”ujarnya sambil tersenyum.
Baca Juga : Pembelajaran Ideal Anak saat Pandemi
Dan, ketika liburan selalu menyempatkan pergi ke Mifan, Rumah Puisi Taufik Ismail serta ke Lampung tempat suami bertugas tepatnya di BUMN Bukit Asam.
“Bagi saya, pertemuan dengan anak-anak tidak perlu sering. Tapi, yang penting adalah kualitas pertemuan itu. Percuma saja 24 jam bertemu anak-anak, namun tidak berkualitas,” kata wanita yang memiliki motto hidup “apapun yang kita lakukan, kerjakanlah dengan maksimal”.
Bahkan, yang terpenting untuk kehidupan anak-anaknya adalah menanamkan pondasi agama sebagai bekal dunia akhirat seperti, menghapal al quran.
Sedangkan, ilmu yang lainnya tinggal mengikuti saja.
“Insya allah, anak saya yang nomor satu dan kini baru tamat SMA sudah hapal 20 juz alquran,” katanya.
Sebelumnya, tahun 2010 Herlin pernah menjabat sebagai Dirut RSUD Sawahlunto, kemudian Kepala Bidang Dinkes Sawahlunto. Bahkan, ia tidak menyangka akan menjadi Dirut RSUD Dr.Rasidin. Namun, dengan beradanya ia di Dirut RSUD Dr.Rasidin ini merupakan peluang besar dan dapat mengembangkan potensinya.
Dikatakannya, setiap tugas yang diberikan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dan, bukan merupakan beban.
“Perempuan zaman sekarang beda dengan zaman dulu dimana membagi waktu dengan keluarga bukan lagi menjadi masalah, justru harus seimbang dengan karir dan prestasi. Perempuan tak hanya bekerja. Namun tetap harus seimbang dan menyadari kodrat sebagai perempuan dan istri,” kata wanita lulusan fakultas kedokteran Unand ini.
Menurutnya, kunci kesuksesan perempuan tetap dapat menyeimbangkan karir dan membangun keluarga adalah komunikasi. Ia terbantu, dengan pesatnya era gadget saat ini yang memudahkan komunikasi dengan keluarga ataupun pegawai dan teman-teman organisasinya.
“Sekarang kan, komunikasi banyak teknologinya. Belum lagi ada media sosial, komunikasi dan grup WhatsApp, berbagi foto dan cerita. Justru bisa terus memantau anak-anak. Bahkan, dengan suami saya bertugas di Lampung,” kata istri dari Muryanto ini.
Saat di rumah, positioning kita merasa dengan suami itu partner saling mendukung. Tetap memahami kodrat, bahwa hari ini masak apa.
Sosok Kartini, juga dapat ditularkan kepada generasi penerus bangsa untuk memiliki ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga agar dapat menyaring budaya asing yang masuk.
“Bagaimana pun saat ini budaya sangat moderat, budaya asing masuk dasarnya harus kuat. Kepada anak-anak saat ini tanamkan moral dan agama, serta komunikasi oleh orangtua,” ujarnya.
Banyak wanita yang mendambakan sukses berkarir, sekaligus membina rumah tangga. Wanita bekerja, tetap dapat sukses mengasuh dan mendidik anak-anak. Namun, harus pandai membagi waktu dan jangan sampai menjadikan ibu “lupa” mengurus rumah tangga.
“Wanita bekerja harus pandai menentukan skala prioritas, dan mampu membedakan persoalan yang penting dan mendesak antara urusan kantor dan rumah tangga,” ujarnya.
Banyak wanita bekerja, yang berhasil mendidik anak. Resepnya, mereka mampu menyeimbangkan fungsi dan waktu sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaan kantor. Wanita bekerja, harus berkomitmen untuk meluangkan waktu pada saat libur. Jika sudah tiba di rumah, upayakan untuk menjalin kedekatan dengan suami dan anak-anak.
Walaupun peran sebagai wanita bekerja sekaligus ibu rumah tangga tidak dapat dilakukan secara sempurna, maksimal ibu sudah berusaha agar semuanya dijalankan secara seimbang.
Dukungan dan kerja sama suami sangat dibutuhkan dalam pengawasan, pengasuhan, dan tumbuh kembang anak. Dengan peran serta ayah maka pengasuhan anak lebih optimal.
“Kepercayaan diri, keyakinan dan dukungan dari anggota keluarga akan membuat ibu yakin dan mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai ibu sekaligus wanita bekerja,” katanya. ***
Laporan: ADE BUDI KURNIATI