PADANG, HALUAN — Nurmaiti (53) mengolah bengkuang dengan mencampur tepung terigu, tapioka, dan bermacam bahan lainnya menjadi makanan ringan. Ia memproduksi kue bawang bengkuang dengan dua rasa, yaitu rasa keju dan rasa gula aren. Kue itu renyah dan gurih tanpa meninggalkan rasa asli bengkuang.
Ia mulai membuat kue olahan bengkuang sejak 2009, tapi baru menemukan rasa yang pas pada 2011. Meski kue bawang bingkuang sudah mulai dikenal, namun ia belum puas. Ia melakukan lagi uji coba, sehingga ia memperoleh rasa bingkuang asli, yang diberi nama kue kering bengkuang. Rasanya khas bingkuang lalu divariasikan dengan rasa coklat, keju dan wijen.
Baca Juga : Bulog Sumbar Jamin Stok Bahan Pangan Aman Selama Ramadan
“Saya berkonsentrasi membuat kue kering bengkuang, serundeng kentang balado, dan serundeng ubi jalar. Sementara stik kentang dan kacang tojin lebih banyak menerima pesanan. Sedangkan rengginang singkong balado, merupakan produk baru masih dalam pengurusan izin dari Dinas Kesehatan,” jelas Nurmaiti di tempat usahanya di Jl. Jati Adabiah No. 66 Padang, belum lama ini.
Kue kering bengkuang dikemas isi 200 gram, produksi 10 kg per bulan dengan harga penjualan Rp50.000 per kg. Sedangkan serundeng kentang balado dikemas 200 gram dengan rata-rata produksi per bulan 30 kg dengan harga penjualan Rp100.000 per kg. Serundeng ubi jalar 10 kg per bulan dengan harga jual Rp60.000 per kg, sedangkan rengginang yang diproduksi sejak enam bulan lalu, masih dalam uji coba.
Baca Juga : Waduh, BBM Jenis Premium Langka di Kota Pekanbaru
Beragam produk makanan ringan buatan Nurmaiti sebagian besar dipasarkan di berbagai minimarket serta pesanan di sekitar kota Padang, kecuali serundeng kentang balado, menembus pasar Bukittinggi. Kemudian, lempengan kecil dikemas ukuran kecil dipasarkan ke sekolah-sekolah dengan harga eceran Rp1.000 per bungkus. “kalau menjelang Lebaran, produksi naik dua hingga tiga kali lipat,” ujarnya.
Semua jenis kue kering tersebut dikerjakan secara manual. Nurmaiti berusaha untuk memperoleh mesin cetak kue kering bingkuang, desain dan ukurannya sudah dipesan di Universitas Negeri Padang, tetapi masih belum dapat diwujudkan. “Harganya sekitar Rp7,5 juta, sudah saya ajukan proposal ke Pemko Padang, tetapi masih belum ada realisasinya,” ungkapnya. (h/rb)
Baca Juga : Pertumbuhan Ekonomi Sumbar Triwulan I 2021 Cukup Berat