PADANG, HALUAN — Memasuki minggu ketiga bulan suci Ramadan, Kota Padang mulai dibanjiri pengemis, anak jalanan (anjal) dan gelandangan.
Hampir di setiap persimpangan lampu merah Ibukota Sumatera Barat ini sudah ngetem pengemis dengan berbagai macam modus untuk menarik simpati para pengendara.
Baca Juga : GOR H Agus Salim Padang Ditutup, Pedagang: Sabtu dan Minggu Harinya Kami
Mulai dengan berpakaian kotor, memperlihatkan kecacatan tubuhnya seperti pura-pura buntung, menggendong anak kecil dan modus tipuan lainnya.
Semua yang dilakukan untuk mengharapkan belas kasihan masyarakat agar mereka bisa berlebaran di kampung halamannya karena mayoritas mereka berasal dari luar kota.
Baca Juga : Layanan Kesehatan Warga Binaan, Rutan Padang Teken MoU dengan Puskesmas Anak Air
Warnia (53), salah satu pengemis asal Batusangkar yang mangkal di lampu merah di samping DPRD Sumbar mengaku sengaja datang ke Kota Padang untuk memanfaatkan momen jelang lebaran.
Untuk menarik simpati pengendara kendaraan bermotor, ia membawa tetangganya yang telah tua untuk dibimbing dari satu jendela mobil ke jendela mobil yang lain.
Baca Juga : Memasuki Musim Kemarau, Perumda AM Kota Padang Minta Warga Hemat Air
“Di kampung saya, Batusangkar tidak ada pekerjaan yang tetap. Kadang berdagang dan bertani. Itupun kadang-kadang dan tidak ada penghasilan yang tetap, “kata Warnia kepada Haluan, kemarin.
Dijelaskannya, pendapatan satu hari mengemis tidak menentu. Namun, pada bulan Ramadhan biasanya bisa mendapat lebih dari Rp1 Juta dalam sehari.
Baca Juga : 61 Nakes di Puskesmas Andalas Siap Divaksinasi
Jangan Diberi Uang
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan, Frisdawati Amran Boer melalui Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Miral Masri Dt. Bandaro mengatakan pengemis sudah jadi fenomena tahunan setiap menjelang Lebaran.
“Bisa jutaan rupiah mereka dapat sehari menjelang lebaran. Pasalnya, saat-saat inilah orang dapat THR dan punya duit. Jadi memberikan uang sedikit untuk pengemis tidaklah berat,” katanya.
Dijelaskannya, jika di lampu merah tempat mereka ngetem saja sekitar satu jam, dimana dalam satu jam tersebut ada sekitar 40 kali lampu merah.
Sedangkan satu orang memberikan Rp2.000 dan ada dua saja yang memberi uang mereka, dalam sejam pengemis tersebut bisa dapat Rp160.000.
Jika sehari mereka ngetem 8 jam, dikalikan saja dengan 8, bisa menghasilkan Rp 1.280.000 per hari. Penghasilan pengemis itu lebih tinggi dari kita yang bekerja,” Kata Miral.
Untuk mengurangi jumlah pengemis ini, Miral mengharapkan kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis, anak jalanan dan gelandangan.
Jika keterusan mereka diberi uang, maka sama memanjakan orang yang tidak kreatif dan kualitas masyarakat tidak akan maju-maju. (h/mg-ang)