East Rutherford, Haluan — Kutukan terhadap Messi kembali berlanjut bersama timnas Argentina. Tampil di final Copa Amerika, Messi gagal membawa Argentina juara setelah dikalahkan oleh Chile dengan skor 2-4 melalui adu tendangan penalti di Metlife Stadium, East Rutherford, New Jersey, Senin (27/6). Adu penalti terjadi setelah bertanding dalam 120 menit pertandingan berakhir 0-0. Messi pun memutuskan untuk pensiun dari timnas Argentina.
Messi bahkan sudah menangis sejak laga belum benar-benar usai. Dia sesenggukan saat menuju bangku cadangan usai gagal menuntaskan tugasnya sebagai algojo penalti. Ada begitu banyak alasan kalau seusai pertandingan final, Messi tak kuasa menahan tangisnya. Tentu saja kegagalan Argentina di Copa 2016 bukan semata-mata kegagalan Messi.
Namun, mau tidak mau harus diakui bahwa pemain 29 tahun itu adalah “simbol” dari Albiceleste, yang menjadi harapan agar Argentina mengakhiri puasa gelarnya sejak 1993. Bagi Messi, hasil negatif itu menjadi kegagalan keempat dengan tiga di antaranya terjadi secara beruntun di final turnamen mayor Copa America dan Piala Dunia (2007, 2014, 2015, 2016).
Copa America Centenario menjadi turnamen terakhir Lionel Messi untuk Argentina. Usai kalah di final, dia memutuskan mundur dari ‘Tim Tango’. “Buat saya, tim nasional selesai. Saya sudah mencoba yang saya bisa, menyakitkan tidak menjadi juara bersama Argentina. Saya tidak bisa meraihnya,” ucap Messi usai pertandingan dikutip dari AS.
Messi memperkuat Timnas Senior Argentina sejak 2005. Dalam kurun tersebut dia sudah tampil 112 kali dalam seragam Albiceleste. Kontribusinya jelas tak buruk karena dia sudah melesakkan 55 gol. Dengan jumlah tersebut dia kini menjadi pemain tersubur sepanjang sejarah Timnas Argentina.
Tapi, Messi belum memberikan satupun trofi mayor untuk negaranya. Dia cuma bisa mengantar Argentina sampai final Piala Dunia 2014, final Copa America 2015, dan final Copa America Centenario. Semuanya gagal dituntaskan menjadi juara.
Di 2005 Messi mengantar Argentina merengkuh trofi Piala Dunia Junior (U-20), sementara di 2008 dia memberi negaranya medali emas Olimpiade di Beijing. Meski disanjung setinggi lagit di klubnya, Barcelona, Messi justru dapat tekanan hebat di negaranya sendiri. Dia berulang kali dapat kritik karena tak kunjung memberi Argentina trofi, dan kerap dituding tampil tak semaksimal seperti di level klub. (h/san)