PASBAR, HALUAN — Menelusuri keindahan alam di lokasi wisata artenatif Ikan Larangan Lubuak Landua, Kabupaten Pasaman Barat, tak akan pernah ada kata bosonnya. Lubuak Landua merupakan salah satu jorong di Nagari Aur Kuning, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, berjarak 10 kilometer dari Kota Simpang Empat atau lebih kurang 4 jam perjalanan dari Kota Padang.
Lubuak Landau terletak di kaki Gunung Pasaman, sebuah desa yang asri dan berhawa sejuk karena memiliki ketinggian 300 meter di permukaan laut. Masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai petani, kondisi alam menjadi Lubuak Landua memiliki sawah yang luas karena sumber air yang melimpah.
Masyarakat Lubuak Landua sangat agamis, konon kabarnya penyebaran agama Islam pertama di Pasaman Barat berada di Lubuak Landua. Sejarah ini dibuktikan dengan Surau (Mesjid) tertua yang masih berdiri kokoh sampai sekarang, diperkirakan usia surau ini sekitar 200 tahun.
Saat hari tertentu, seperti hari puasa dan lebaran, surau Lubuak Landua selalu ramai di kunjunggi oleh perantau-perantau yang pulang kampung ke Pasaman Barat tak ketingalan penduduk lokal dan paran wisatawan luar pun berdatangan ke lakasi wisata ini.
Selain untuk berwisata juga ada yang berziarah ke makam Buya Lubuak Landua, dan tidak sedikit pula peziarah meminta doa di makam tersebut.
Air yang berada di makam buya Lubuak Landua dengan wadah kulit kerang, dipercaya dapat membuka hati dan menerangi jiwa yang diselimuti masalah, dengan jalan meneteskannya ke mata dan meminumnya.
Ada juga yang datang ke surau itu untuk melakukan suluak, suatu cara beribadah kepada Allah dengan mengurung diri di tempat yang berukuran kecil yang tetutup oleh kain, hingga mendapat petujuk dari sang pencipta dibawah bimbingan buya Lubuak Landua.
Selain itu lubuk landur juga di kenal sampai ke manca Negara sebagai objek wisata Ikan larangan relejius. memiliki sungai yang jernih serta ribuan Ikan Garing ( Ikan Air Deras ) yang membuat para pengunjung terpesona dengan ke indahan wisatanya.
Di wisata ini juga di sediakan kuliner khas kampung setempat dan para penjaja makanan ikan yang ramah dan bersahabat kepada para pengunjung yang datang.
Konon ceritanya pada tahun 1852 masehi didirikanlah surau (masjid) oleh Buya lubuak landua Pertama yang bernama Tuanku Khalifah Sutan Saidina Syech Basyir atau dikenal oleh masyarakat di sana Syeh Basyir.
Pada masa kepemimpinan beliaulah dimulainya Ikan larangan di sungai surau Lubuak Landua. Saat ini surau lubuak landur di pimpin oleh Syech Mustafa Kamal atau yang di kenal dengan sebutan Buya.
Saat reporter haluan konfirmasi pada Sudirman (54 tahun) penduduk disana mengatakan, Objek wisata Lubuak Landua ini ramai dikunjungi karna ke elokan ikan larangan yang berada di sungai Batang Luan, yang mengalir di tepi surau Lubuak Landua. Ikan-ikan ini telah berusia ratusan tahun sama usianya dengan surau Lubuak Landua.
Ikan larangan ini jenis ikan sungai Gariang ( Ikan Air Deras ), dipelihara, diberi makan dan tidak boleh diambil sesuai dengan kesepakatan masyarakat masa dulu. Dulunya ikan-ikan ini diberi uduah semacam ilmu teloh, agar tidak dicuri, apabila ada yang mencurinya akan mendapat penyakit bahkan bisa mengakibatkan kematian. (h/mg-den)