TANAH DATAR, HALUAN — Lahan persawahan masyarakat di tiga kenagarian dikunjungai Wakil Bupati beserta Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar, Senin (18/7). Sekitar 400 areal persawahan masyarakat di Nagari Koto Tangah dan Tanjung Barulak saat ini terancam gagal panen.
Wabup Zuldafri Darma bersama Kadis terkait dan jajarannya menelusuri daerah irigasi Batang Selo sepanjang 35 kilometer dari hulu yaitu Waduk Pancasila hingga ke hilir irigasi tersebut, sekitar dipertengahannya ditemukan irigasi kering dan tanaman padi sawah masyarakat di dua nagari yaitu Koto Tangah dan Tanjung Barulak nyaris mati layu karena tidak mendapatkan air.
Bahkan di Nagari Koto Tangah dan Tanjung Barulak tersebut juga terdapat padi berumur sekitar 40 hari kekeringan dan tampak tanah persawahan itu retak-retak karena beberapa minggu kering. Namun karena Minggu malam hujan turun, sebagian areal persawahan yang telah retak-retak tersebut kini kembali terisi air. Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Khairuddin didampingi Kabidnya Pempri kepada Haluan mengatakan, persoalan irigasi Batang Selo tersebut cukup komplit sehingga sejak empat tahun terakhir bermasalah dan air tidak cukup hingga ke hilir. “Sekitar 400 Hektare areal persawahan masyarakat di Nagari Koto Tangah dan Tanjung Barulak saat ini terancam gagal panen. Total areal sawah yang dikafer oleh irigasi ini yaitu seluas 1.275 Hektare dan yang terairi hanya sekitar sepertiganya. Ini kedepan menjadi perhatian kita bersama, termasuk masyarakat petani di tiga nagari ini, kita juga mengajurkan warga tiga nagari ini bisa membentuk pola tanam bergilir sehingga kebutuhan air tidak secara serentak diperlukan, jika pola tanam dilakukan bersamaan memang tidak akan terpenuhi oleh irigasi ini, selain itu juga diharapkan petani membiasakan pola tanam bergantian antara padi dan palawija, karena palawija tidak membutuhkan air yang banyak,” ungkap Khairuddin.
Dikatakan, di Nagari Saruaso yaitu Saruaso Barat dan Kubang Landai irigasi tidak menjadi persoalan karena daerah ini terdapat di hulunya, namun ke hilirnya menjadi persoalan sehingga petani menjerit meminta air, selain persoalan sedimen di irigasi itu yang belum berhasil dikeruk, perilaku masyarakat membuka lobang-lobang air di irigasi itu juga menjadi kendala yang sangat serius. “Terdapat sekitar 300 lobang-lobang dan saluran liar hingga pertengahan irigasi ini sehingga warga di Koto Tangah dan Tanjung Barulak terancam kekurangan air, nah ini perlu koordinasi yang baik,” sebut Kadis.
Sementara, Wabup Zuldafri Darma berharap kunjungan tersebut tidak sekedar memberikan harapan-harapan semu kepada petani yang membutuhkan air irigasi itu, tetapi diharapkannya akan mendapatkan solusi sehingga seluruh masyarakat dapat terkafer oleh keberadaan irigasi tersebut. “Masyarakat yang tidak mendapatkan air ini merupakan bagian dari kita bersama, untuk itu diperlukan koordinasi lintas kelompok, lintas nagari sehingga keadilan bisa diwujudkan dalam berbagi air. Partisipasi masyarakat perlu kita bangun, agar mereka merasa memiliki, memelihara,” harap Zuldafri.
Wabup juga menyebutkan, Pemda dalam hal itu telah cukup banyak menyikapi kondisi irigasi Batang Selo itu, sehingga sekitar tujuh miliar anggaran dari Provinsi telah dikucurkan untuk pembenahan saluran air dari Waduk Pancasila yang diresmikan tahun 1968 itu oleh Presiden Soeharto. Wabup juga mengharapkan kepada masyarakat sekitar agar tidak selalu berharap kepada pemerintah semata dalam menyikapi keberadaan irigasi tersebut. “Rasa keterpanggilan masyarakat petani yang kita minta sehingga dapat melakukan perawatan irigasi itu secara bersama, kuncinya dengan bergotong-royong problem ini akan ditemukan solusinya,” sebut Wabup. (h/fma)