Oleh : Lara Permata Ayunda (Pemerhati Pertanian)
Peningkatan produksi padi dapat dilakukan, salah satunya melalui upaya intensifikasi tanaman padi atau system of rice intensification (SRI).
Sistem ini memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produktivitas padi di Indonesia. Dilakukan dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
Di Indonesia telah banyak dilakukan penerapan sistem intensifikasi padi pada usahatani. Uji coba teknik ini, pertama kali dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi Jawa Barat menghasilkan padi rata-rata 8,2 ton/ha (2002).
Kabupaten Solok Selatan adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Barat yang mengadopsi teknik intensifikasi tanaman padi atau System of Rice Intensification (SRI).
Kabupaten Solok Selatan juga merupakan lumbung pangan di provinsi Sumatera Barat, sehingga perlu adanya inovasi dalam bertani untuk meningkatkan produksi tanaman padi.
Sebagian besar sumber pendapatan masyarakat di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai petani , menurut data BPS (2014) hal ini didukung dengan kondisi geografis dan juga Kabupaten Solok Selatan memiliki areal luas panen seluas 28.788 Ha, dengan jumlah produksi gabah sebanyak 121.939 ton dan produktivitas sebesar 4,23 ton/ha
Upaya pengembangan usahatani padi berbasis sistem intensifikasi tanaman didukung penuh oleh pemerintah Kabupaten Solok Selatan.
Menurut Wardana (2005) “teknologi SRI bisa menjadi pilihan teknologi yang menarik dalam usahatani padi karena ada efisiensi penggunaan input benih dan penghematan air serta mendorong penggunaan pupuk organik. Dengan demikian bisa menjaga kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik.
Dalam penerapan SRI ada beberapa komponen penting yaitu: (1) bibit dipindah lapangan lebih awal, yakni pada saat bibit berumur 8-15 hari, (2) bibit ditanam satu bibit per lobang tanam, (3) jarak tanam yang lebar, yakni mencapai 25 cm x 25 cm bahkan lebih, (4) kondisi tanah tetap lembab tapi tidak berair, dan (5) menggunakan bahan organik sehingga akan memperbaiki struktur tanah”.
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan memberikan program Sekolah Lapang dan Demonstrasi Teknologi (Demplot) dengan tujuan agar para petani dapat menyerap informasi serta mengaplikasikannya pada usahatani yang mereka lakukan.
Program Sekolah Lapang rutin dilakukan sejak tahun 2009 sampai tahun 2014. Dalam program tersebut dijelaskan bahwa penerapan Sistem Intensifikasi Padi dapat dilakukan pada kondisi lingkungan yang mendukung terhadap komponen yang mendukung dalam metode ini, seperti penggunaan bibit dan varietas unggul dan bermutu pemupukan yang direkomendasikan, serta manajemen budidaya yang baik mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen agar hasilnya menjadi maksimal dan seperti yang diharapkan.
"SRI memang waktu itu masih baru di mata petani, jadi tidak bisa kami paksakan, sesuatu yang baru harus ada buktinya dulu. Dan kini, begitu mereka melihat hasilnya, metode ini mulai dipakai oleh hampir semua petani," ujar Widowati dari Divisi Pembangunan Komunitas PT HM Sampoerna Tbk, yang mengembangkan budi daya padi SRI di Indonesia.
Banyak pelaku pertanian di Indonesia yang mengeluhkan rendahnya hasil atau tingkat produktivitas panen. Namun jarang di antara mereka yang mau melakukan evaluasi dan introspeksi lebih jauh. Kebanyakan dari mereka melakukan aktivitas pertanian dari mulai pengolahan hingga pemanenan dengan cara-cara konvensional.