Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, Heron Tarigan mengatakan, sekolah lapangan yang dulunya dilakukan bersama BI di kelompok ini, hasilnya diapresiasi oleh pusat.
Bahkan budidaya padi organik yang dilakukan Keltan Sawah Bangsa ini, direspon langsung oleh provinsi lain.
“Semoga kelompok ini jadi contoh bagi keltan lainnya,” katanya.
Ia berharap, jika ada keltan lain yang berkunjung ke Keltan Sawah Bangsa untuk belajar, agar bisa berikan ilmunya dalam budidaya padi organik ini.
Ketua Kelompok Tani Bangsa, Yenriza menjelaskan, kelompok ini mulai bergerak kembangkan padi organik pada 2014, dengan anggota 10 orang.
“Hingga kini kita miliki lahan sekitar 4,1 hektar,” ujarnya.
Dalam budidaya padi organik ini, katanya, kelompok sudah produksi pupuk sendiri, termasuk pengendalian hama yang sudah bisa ditangani, dengan menanam bunga untuk mengundang predator pemangsa hama.
“Selain itu bisa dilakukan sendiri, harga padi organik juga meningkat dibanding padi anorganik,” katanya.
Pada kesempatan itu, Keltan Sawah Bangsa ini menerima sertifikat pertanian organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Sumatera Barat, yang diserahkan Bupati Agam, Dr. H. Andri Warman pada ketua Keltan Sawah Bangsa, Yenriza. (*)