HARIAN HALUAN - Sidoarjo merupakan kabupaten yang mempunyai potensi lahan budidaya tambak terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Gresik. Dengan potensi lahan budidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo sebesar 15.513 hektare.
Lahan budidaya tambak terbesar, salah satunya terletak di Kecamatan Jabon. Yang menarik di Kecamatan Jabon mempunyai keunggulan spesifik komoditas rumput laut jenis Glacilaria yang bisa tumbuh dan berkembang di wilayah tambak . Oleh karenanya, Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) bakal membuat suatu model kampung budidaya rumput laut di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu.
Menurutnya, upaya dicanangkannya kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo untuk memberdayakan tambak-tambak tradisional yang sudah tidak dapat lagi berproduksi seperti di Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon. Maka dari itu, saat ini masyarakat di Kecamatan Jabon secara masif mengembangkan rumput laut jenis Gracilaria.
Baca Juga: Mudahkan Pelaku Usaha, Kinerja Layanan KKP Diapresiasi
Kurang lebih 99% masyakarat di Kecamatan Jabon berdasarkan informasi yang diperoleh, penghasilan utamanya dari budidaya rumput laut. Dan rumput laut jenis Gracilaria sendiri sangat potensial baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. “Dasar dari ini lah makanya kami mencetuskan untuk membuat kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo,” tegas Dirjen yang akrab disapa Tebe ini.
Ditambah lagi, kelompok pembudidaya rumput laut di Kecamatan Jabon ini telah banyak yang berhasil mengembangkan budidaya rumput laut jenis Gracilaria. Jenis rumput laut yang biasa disebut "agar-agar" ini bahkan telah berhasil dikembangkan menjadi berbagai jenis varian produk olahan makanan.
”Ini menambah keyakinan kita bersama bahwa program kampung budidaya rumput laut di Kecamatan Jabon nantinya akan bisa berjalan dengan baik,” tambah Tebe.
Adapun rumput laut Gracilaria sendiri merupakan salah satu alga merah penghasil agar-agar dengan kandungan agar yang dapat berfungi sebagai pengental dan pengemulsi makanan, obat-obatan, kosmetik, kertas, dan lainnya. Serta kebutuhan agar dunia terus meningkat setiap tahunnya.
“Usaha sangat potensial, ditambah lagi naiknya permintaan produk rumput laut Gracilaria dan dibarengi dengan harga yang tinggi. Tentu saja ini akan memicu masyarakat untuk menggeluti usaha ini,” ujar Tebe.
Bukan itu saja, Gracilaria dapat dibudidayakan secara polikultur, salah satunya dengan ikan bandeng, dibudidayakan dalam 1 tambak, tentunya menjadi nilai tambah bagi pembudidaya. Tambak-tambak idle yang sudah tidak lagi produktif, kita geser menjadi tambak ikan nila salin atau rumput laut.
“Kampung budidaya rumput laut ini akan jadi pionir, dan harapannya nanti bisa ditiru oleh kecamatan lainnya,” ujar Tebe lagi.
Untuk itu, menurut Tebe berbagai dukungan terus didorong untuk mempercepat pengembangannya di berbagai daerah. Melalui UPT Ditjen Perikanan Budidaya, salah satunya Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, telah lama berhasil melakukan perbaikan jenis melalui kultur jaringan khusus untuk Gracilaria. Dengan keberhasilan kultur jaringan Gracilaria ini, nanti akan ada perbaikan kualitas bibit yang lebih unggul dan adaptif. Dengan demikian tingkat produktivitasnya bisa lebih tinggi lagi.
“Mudah-mudahan apa yang kita canangkan kampung budidaya rumput laut dapat segera terealisasi dan memberikan manfaat yang baik untuk peningkatan ekonomi daerah maupun nasional,” tegas Tebe.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor, menambahkan bahwa pemerintah daerah akan terus memberikan dukungan penuh dan pendampingan teknologi agar produk rumput laut yang ada menjadi terus berkualitas serta mempunyai nilai tambah dan bisa optimal ke depan sehingga bisa berkembang juga di desa-desa lainnya.
“Kecamatan Jabon sebagai desa sumber devisa rumput laut. Maka dari itu, kami mendukung seperti program permodalan, dan fasilitas pengeringan sehingga bisa di scale up ke desa-desa lainnya. Dan tentunya bukan hanya dalam bentuk raw material namun produk yang memiliki nilai tambah dan nilai di pasar ekspor. Sehingga rumput laut sebagai penyumbang perekonomian di Sidoarjo bisa terwujud,” katanya.
Pasalnya, putaran ekonomi dari rumput laut di Kecamatan Jabon ini luar biasa yakni sekitar Rp2-3 miliar serta dampak multiplier effect luar biasa, sehingga 'virus' baik ini harus bisa menular ke daerah lainnya. Dengan terus meningkatkan mutu, serta peningkatan raw material sehingga produk rumput laut Sidoarjo ke depan makin baik lagi.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, daerah kami telah disupport selama ini bahkan dicanangkan sebagai kampung budidaya rumput laut. Maka dari itu, kami pemerintah daerah dan masyarakat Sidoarjo optimis pengembangan kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo akan berkembang dan kita semua akan terus berusaha dan tidak berhenti sampai di sini,” tuturnya.
Artikel Terkait
Rumput Laut Baik Untuk Kesehatan, Cobain Yuk!
KKP Dorong Keberlanjutan Kerja Sama Bilateral Indonesia-Jepang di Sektor Kelautan dan Perikanan