"Saya buka lapak dagangan dari pagi, tetapi ini udah mau sore tidak ada yang hinggap untuk berbelanja, karena memang orang malas jika harus menggunakan tikar," urainya.
"Jika boleh menggelar kursi plastik, maka ada juga satu dua orang yang singgah dan berbelanja sambil menikmati laut lepas Padang," tuturnya.
"Tapi tidak dengan keadaan sekarang, kursi-kursi tidak boleh digelar, lampu-lampu penerang tidak boleh dinyalakan dan kami terus berperang demi kehidupan," tambahnya lagi.
Mirisnya, pada pertemuan itu harianhaluan.com dipertemukan dengan anak-anak para pedagang yang usai menjajakan suaranya dengan gitar kecil kepada pengunjung pantai.
"Karena menutupi biaya hidup dan ekonomi, anak-anak kami dengan inisiatifnya sendiri menjajakan suara (Mengamen-Red) demi membantu orang tua dan jajan sekolah mereka," ucap Yanti.
Kemudian, para pedagang lain, Vivi memberikan pernyataan yang sama, ia mengatakan sangat-sangat tercekik dengan perekonomiannya saat ini.
"Di era sekarang sangat terlihat, mana masyarakat yang susah tetap susah, yang kaya tambah kaya. Ini baru sembuh dari zaman Covid-19, yang diharapkan bisa berjualan lagi dan ekonomi naik, malah ekonomi semakin melesat turun," kata Vivi.
Sementara, menurut Vivi ketika Dispar memberikan solusi terbaik atas lapak jualannya dan para pedagang lain. Maka, ia dengan bersedia mengikuti peraturan Dispar.
"Kalau ada peraturan Dinpar yang jelas saya tentu mengikuti, karena itu menyangkut soal hidup saya dengan berjualan. Atau jalan tengahnya Dinpar memberikan waktu kapan pedagang boleh menggelar dagangan dan tidak diberi penjagaan oleh Pol PP," katanya.
Lebih lanjut, dikatakannya, dengan adanya pedagang di sepanjang Pantai Padang itu akan memberikan dampak positif pula.
"Dengan adanya pedagang maka bisa meminimalisir aksi kejahatan dan asusila karena para pedagang menggunakan lampu penerang disetiap lapaknya. Atau sekedar penjagaanlah dari aksi-aksi kejahatan," tuturnya.
Saat mengakhiri pembicaraan, para pedagang meminta dinas terkait untuk memberikan solusi yang terbaik yang tidak merugikan kedua belah pihak.
"Entah itu soal waktu berjualan, atau alokasi lapak yang diberikan, setidaknya beri jalan keluar yang solutif, dan tidak berat sebelah," tutur seluruh pedagang. (*)