Hadapi Dampak Kenaikan BBM pada Inflasi Harga Pangan, Pengamat: Pemerintah Harus Mensinergikan Antar Daerah

- Selasa, 6 September 2022 | 18:14 WIB
Pangan di Pasar Raya Padang, (Harianhaluan.com/Jefrimon)
Pangan di Pasar Raya Padang, (Harianhaluan.com/Jefrimon)

HARIAN HALUAN - Pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah meminta pemerintah serius dalam menanggani persoalan pangan, usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Karena sektor pangan menjadi pemengaruh utama dalam inflasi. 

"Menurut saya ini memang dampak kenaikan BBM ini yang paling rumit adalah mengenai masalah pangan, harga pangan," ujarnya.

Trubus menegaskan pemerintah tidak bisa lagi menerapkan kebijakan konvensional dalam menjaga ketersediaan stok pangan. Pemerintah juga diminta untuk memikirkan cara lain.

Baca Juga: Perkuat Stok Pangan Usai Kenaikan BBM Bersubsidi, Pengamat: Inflasi Akan Cenderung Terkendali

"Pemerintah kalau dengan cara-cara konvensional saja itu tidak akan bisa. Permintaan pangan ini kan sifatnya naik, seiring dengan demografinya naik. Jadi dalam hal ini pemerintah memikirkan cara lain selain menyerap gabah petani," terusnya.

Menurutnya, pemerintah patut memperkuat sinergi kerja sama antar daerah dalam menghadapi dampak kenaikan BBM pada inflasi harga pangan. Trubus menekankan hal itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menjamin adanya pemerataan stok pangan pada setiap daerah dengan harga yang stabil. Upaya itu penting dilakukan secepatnya sebagai solusi jangka pendek untuk menekan inflasi pangan.

"Pemerintah mau tidak mau harus mensinergikan antar daerah. Kan ada daerah-daerah tertentu yang memang pangannya surplus, tapi ada juga daerah yang minus. Jadi bagaimana pemerintah menstabilkan antar daerah ini. Karena yang saya lihat selama ini pemerintah tidak optimal. Itu kurang diperhatikan," tegasnya.

Baca Juga: Dinas Perhubungan dan Dinas Ketahanan Pangan Perikanan Solok Selatan Dihapus

Selain itu, pemerintah juga diminta membuat dan melaksanakan kebijakan jangka menengah-panjang untuk memitigasi persoalan inflasi pangan di masa mendatang tekait dengan ancaman krisis pangan global dan regional.

"Pemerintah harus memikirkan kebijakan yang sifatnya jangka menengah panjang yaitu bagaimana kemudian pemerintah mendorong, membuat kebijakan agar anak muda kembali ke desa, bertani," tegasnya.

Dalam hal ini, dukungan pemerintah pada sektor pertanian juga harus diwujudkan dalam paket kebijakan yang memudahkan dan menarik pemuda untuk kembali ke desa. "Misalnya kemudahan permodalan, pupuk lebih murah," tandasnya.

Baca Juga: Berhasil Dapat Penghargaan Swasembada Beras, Indonesia bisa Pakai Strategi ini untuk Komoditas Pangan Lain

Selain itu, pemerintah juga patut melaksanakan reforma agraria sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018. "Reforma agraria itu bagian dari penyediaan pangan jangka panjang," pungkasnya.

Sebelumnya, pemerintah secara intensif memonitor dan mengevaluasi penerapan kebijakan pangan nasional agar sesuai dengan kondisi terkini. Hal tersebut dilakukan agar kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi secara merata. Salah satu kebijakan tersebut adalah saat ini Pemerintah tengah melakukan penguatan stok beras.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara hybrid memimpin Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kebijakan Pangan, Jumat (2/09). Rakortas tersebut digelar juga untuk memastikan semua bahan pangan tersedia cukup sampai dengan akhir tahun 2022 melalui perluasan tanam maupun pengadaan.

Halaman:

Editor: Jefrimon

Tags

Terkini

KKP-APEC Kerja Sama Pemantauan Produk Perikanan

Selasa, 30 Mei 2023 | 18:18 WIB
X