HARIANHALUAN.COM - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi seminarkan hasil kajian mengenai Tingkuluak (tutup kepala wanita Minangkabau) di Istana Bung Hatta, Kamis, 20 Oktober 2022.
Tingkuluak tersebut adalah salah satu koleksi dari Museum Rumah Adat Nan Baanjuang yang berada di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi.
Mengenai Tingkuluak, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Provinsi Sumatra Barat, Novianti Awaludin menuturkan, Tingkuluak adalah salah satu simbol untuk merepresentasikan kebesaran wanita Minangkabau.
Baca Juga: Ketua Komnas PA Murka Banyak Anak Tewas Akibat Gagal Ginjal Akut: Kenapa Baru Diumumkan?
"Tingkuluak adalah kekayaan pusaka yang menjadi milik seorang perempuan Minangkabau, karena di situ ada simbol-simbol, seperti keseimbangan. Perempuan itu menjaga keseimbangan di dalam seluruh aspek kehidupan," tuturnya dalam seminar tersebut.
Makna filosofis lainnya, menurutnya dari tampilan Tingkuluak yang terlihat tajam, namun wanita Minangkabau tidak menyakiti dan memiliki jiwa keibuan.
Baca Juga: Bukan Cuma Indonesia, Ini Daftar Negara yang Pernah Diserang Kasus Gagal Ginjal Akut
"Maknanya, perempuan Minang itu rendah hati, bijaksana, walaupun memiliki ilmu tapi tidak memperlihatkan kesombongan. Lihatlah Bundo-bundo kita, ramah dan keibuan. Itulah simbol dari Tingkuluak," kata Novianti.
"Sementara untuk posisi, Tingkuluak yang berada di kepala sebagai simbol tanggung jawab. Itu semacam tanggung jawab perempuan Minang. Mande Soko itu tanggung jawabnya berat," tambahnya.
Di sisi lain, Tim Ahli Kajian Koleksi Museum Rumah Adat Nan Baanjuang, Yulfian Azrial menuturkan, dengan adanya kajian mengenai Tingkuluak itu, dapat memunculkan kembali kebanggaan perempuan Minangkabau dengan pusaka yang mereka miliki.

Baca Juga: Sampai di Sumbar, Irjen Pol Suharyono Lakukan Sujud Syukur
"Sesuai pepatah adat, 'adat dipakai baru, baju dipakai usang'. Yang awalnya disangka, pakaian hanya sekedar penutup badan saja, padahal jika dikaji tenyata banyak hal-hal mengenai makna dan simbol-simbol di dalamnya," ujarnya.
Menurutnya, simbol-simbol itu adalah kebanggan yang harus diwariskan secara turun temurun. Dengan begitu, budaya yang menjadi khazanah milik kaum matrilineal itu tidak habis digerus zaman.
Artikel Terkait
Pessel Bakal Gelar Parade Tingkuluak
Sangat Mulus, Air Asia Mendarat Perdana dari Kuala Lumpur ke Bandara Internasional Minangkabau
Awning Jalan Minangkabau, Wali Kota: Tujuan Akhir Peningkatan Ekonomi
Pro-Kontra Panataan Jln Minangkabau Agar Lebih Menarik, Begini Tanggapan Wako Bukittinggi
Potret Sejarah 'Marapulai dan Anak Daro' Pakaian Adat Minangkabau di Silungkang Sawahlunto