Rupiah Diprediksi Makin Loyo, BI Dituntut Lebih Agresif

- Selasa, 25 Oktober 2022 | 21:36 WIB
Ilustrasi Uang (Ghina Atika)
Ilustrasi Uang (Ghina Atika)

HARIANHALUAN.COM - Pengamat Pasar Uang Lukman Leong melihat Bank Indonesia kurang agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Katanya, kebijakan menaikkan suku bunga dua kali sebesar 50 basis poin, terlambat dari sentimen pasar. 

“BI berusaha agresif dan menurut mereka sudah agresif, dua kali kenaikan 50 bps, itu memang agresif, namun telat. Ibarat saat pasar berharap 50 bps, agresif itu dikatakan oleh BI sebagai preventif harusnya 75 bps. Jauh jika dibandingkan The Fed yang sangat agresif,” ujar Lukman hari ini (25/10).

Saat ini suku bunga acuan BI berada di angka 4.75%. Alasannya menurut Lukman, BI kurang yakin dengan angka inflasi.

“BI sendiri kurang begitu yakin inflasi kedepan bisa mencapai berapa. Itu masih tanda tanya, diperkirakan Oktober saja sudah diatas 6, paling tidak 8 persen tercapai sampai akhir tahun,” sebut Lukman. Angka inflasi 8% kata dia, harus diwaspadai karena efek inflasi spiral. Harga yang sudah naik, akan naik lagi saat harga-harga lain naik. 

Baca Juga: Nikita Mirzani Ditahan, si Bestie Auto Ngegas ke Kapolri: Bapak, Nikita Bak Penjahat Berat

Suku bunga yang tidak menarik, membuat investor keluar dari Indonesia, baik dari obligasi maupun saham. Investor mengalihkan aset mereka ke mata uang dollar, sehingga rupiah melemah. Diperkirakan rupiah bisa menyentuh angka 16 ribu rupiah. 

“Yang penting juga, sentimen investor negatif, kalau sudah negatif, seperti sekarang investor sekarang sudah melepas semua, karena tidak menari dengan suku bunga yang ada sekarang,” ungkap Lukman.

Tekanan pada mata uang dan inflasi yang kian tinggi, musti diwaspadai pemerintah. Salah satu cara yang bisa dilakukan, Kata Lukman, adalah memastikan ketersediaan bahan pangan dan mengendalikan harga dengan operasi pasar.

Baca Juga: Menkes Beri Obat Fomepizole Gratis, Simak 7 Fakta Obat untuk Gagal Ginjal Akut Ini

Pemerintah sendiri, terus menjaga inflasi dengan koordinasi dan sinergi antara TPID-TPIP. Kemudian operasi pasar juga digalakkan. “Sehingga diimbau bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat,” kata Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak perlu disikapi dengan ketakutan berlebih. Menurutnya kondisi perekonomian nasional masih relatif aman, kendati rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS yang terus menguat.

"Kalau menurut saya masih relatif aman, walaupun kita mengalami tekanan rupiah. Belum menjadi sesuatu yang membahayakan perekonomian kita," terangnya.

Baca Juga: Berbeda dari Biasanya, Jokowi Gunakan Jalur Laut Menuju IKN

Menurutnya pelemahan nilai tukar, tidak hanya terjadi pada mata uang Indonesia, tetapi banyak negara yang mengalami, bahkan Inggris dan Australia mengalami pelemahan yang luar biasa. "Bahkan kalau kita lihat pelemahan mereka lebih dalam, justru misal kita lihat rupiah terhadap AUD, itu kita menguat," sambungnya.

Halaman:

Editor: Jefrimon

Tags

Terkini

X