HARIANHALUAN.COM – Istilah Apokaliptik belakangan banyak dicari orang setelah heboh di media sosial sebagai sebuah paham yang menjadi penyebab kematian 4 orang di Perum Citra Garden Extension 1, wilayah Kalideres, Jakarta Barat.
Dugaan bahwa satu keluarga ini menganut paham Apokaliptik dikemukakan oleh kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Eliasta Meliala. Paham Apokaliptik ini pernah menyebabkan kematian massal di Guyana, Amerika Selatan pada tahun 1978.
Lantas apa sebenarnya Apokaliptik? Berikut penjelasan HarianHaluan.com yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Istilah Apokaliptik bermula dari Apokalips, yaitu sebuah kata yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani "apokalyptein" yang berarti mengungkapkan atau membukakan dalam artian sesuatu yang dirahasiakan atau disembunyikan yang kini telah diungkapkan.
Baca Juga: Mulai Terungkap! Mobil dan Motor Satu Keluarga Tewas di Kalideres Diduga Ikut Raib
Baca Juga: Chat Menggoda PNS Cantik untuk Bripka HK, Pisang Kamu Kecil Tapi Legit
Kemudian, kata ini diserap dalam bahasa Inggris menjadi Apocalypse/Apokalips yang artinya kehancuran akhir dunia yang lengkap, seperti yang dijelaskan dalam kitab Wahyu Alkitab.
Secara istilah, Apokalips adalah sebuah peristiwa yang melibatkan kehancuran atau kerusakan pada skala yang mengagumkan atau bencana.
Baca Juga: 4 Orang yang Tewas di Rumah Kalideres Diduga Penganut Apokaliptik, Ini Penjelasannya
Adapun pengertian Apokaliptik menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Britannica, Apokaliptik adalah sesuatu yang berkaitan dengan/atau melibatkan kekerasan dan perusakan yang mengerikan.
2. Menurut Longman, Apokaliptik adalah sifat dari sesuatu yang memperingatkan orang-orang tentang peristiwa mengerikan yang pasti terjadi di masa yang akan datang yang berkaitan dengan kehancuran terakhir dan akhir dunia, atau dengan kehancuran besar apa pun.
Menariknya, istilah Apokaliptik biasanya dikaitkan juga dengan sastra, yang mengacu pada jenis karya sastra dan disebut sastra apokaliptis. Justru istilah ini awalnya nemang dikenal sebagai sebuah sastra, bukan sebuah keyakinan.
Artikel Terkait
Kecam Pembungkaman, Sejumlah Lembaga dan Aktivis Kritisi KTT G20
Masjid Sheikh Zayed Solo Jadi Simbol Peradaban Islam Moderat
Di KTT G20, Menlu Rusia Ingatkan Indonesia untuk Waspadai Amerika, Ada Apa?
KPK Bidik Dugaan Korupsi Bisnis Batu Bara Kaltim
Daftar 10 Jalan di Bali yang Diberlakukan Ganjil Genap Selama G20