Bung Hatta dikenal sebagai sosok yang senang membaca buku.
Ia merupakan pribadi yang tidak banyak bicara, sederhana, disiplin, dan penuh kasih sayang.
Bung Hatta kecil, mencontoh sifat-sifat tersebut dengan melihat keseharian sang kakek yang bernama H. Marah atau Pak Gaek.
Fisik asli rumah kelahiran Bung Hatta sebenarnya sudah runtuh sejak 1960-an.
Rumah tersebut dibangun ulang atas gagasan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta untuk memperoleh gambaran masa kecil Bung Hatta sekaligus mengenang sang Proklamator yang berasal Bukittinggi.
Pembangunan dilakukan pada tahun 1994-1995. Pada November 1994 sampai Januari 1995 dilakukan penelitian untuk mendapatkan bentuk rumah berdasarkan foto-foto dalam memoar Bung Hatta dan beberapa foto yang masih disimpan oleh keluarga.
Foto-foto tersebut dituangkan ke dalam gambar perencanaan dan pembangunan diselesaikan.
Rumah dibangun ulang menyesuaikan bentuk terdahulu, meskipun tidak semuanya memungkinkan karena ada pelebaran jalan sehingga pembangunan tidak seluas aslinya.
Hal tersebut menyebabkan adanya pergeseran lokasi, salah satunya lokasi sumur yang seharusnya berada di belakang rumah jadi bergeser ke dalam kamar salah satu paman Bung Hatta bernama Idris.
Bangunan baru itu lah yang kini dikenal sebagai Rumah Kelahiran Bung Hatta.
Rumah tersebut dilengkapi dengan peralatan dan barang-barang replika seperti yang ada di dalam foto agar suasana di masa lalu dapat dirasakan oleh pengunjung.
Rumah Kelahiran Bung Hatta dibuka untuk umum sebagai museum dan beroperasi setiap hari, pukul 8.00-17.00 WIB dengan tiket masuk gratis.***