Presiden Soeharto Minta Guru Lakukan Hal Mustahil Ini saat Hari Guru Nasional, Tak Ada yang Berani Bicara

HARIANHALUAN.COM - Peringatan Hari Guru Nasional dirayakan pada hari ini 25 November 2022. Tahukah kamu ada yang unik saat dulu Presiden Soeharto atau pak Harto pidato peringatan Hari Guru Nasional pada 1997.

Jadi kurang lebih setahun sebelum Presiden Soeharto lengser, dia berpidato di depan ribuan guru dalam peringatan Hari Guru Nasional di Istora Senayan, 28 Januari 1997.

Nah Presiden Soeharto nggak diduga memerintahkan ribuan guru untuk melakukan hal yang tidak mungkin alias mustahil. Yuk simak yuk selengkapnya.

Baca Juga: Ditanya Pilih Anies Baswedan atau Airlangga Hartarto, Ini Jawaban Jusuf Kalla

Jadi Presiden Soeharto saat memulai sambutan dia memerintahkan guru yang hadir untuk mengikuti perintahnya.

"Sebelum saya menyampaikan sambutan, karena salah satu gerakan nasional yang kita galakkan adalah disiplin nasional, yang berarti ketertiban, maka saya minta pula agar dalam mengikuti sebuah upacara semua mengikuti pula dengan tertib. Untuk itu saya minta pula semua berdiri," perintah Pak Harto dikutip Harianhaluan.com dari Youtube HM Soeharto, Jumat 25 November 2022.

Nah sontak, ribuan guru yang hadir di Istora Senayan langsung berdiri semua.

Baca Juga: Lima Tips Membeli Handphone Secara Online

Presiden Soeharto melihat para guru berdiri dari tempat duduknya dengan kompak. Suasana masih ramai suara para guru. Selanjutnya Pak Harto ada kejutan bagi para guru nih.

"Kalau sudah berdiri, agar supaya boleh bicara tapi bibir tak boleh dibuka, silaken," instruksi Pak Harto.

Para guru auto senyum tertawa ramai dong dengan perintah Presiden Soeharto itu. Mana bisa bicara dengan bibir ditutup. Mustahil kan.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Sunda Kelas 3 SD/MI Halaman 70: Latihan 1 Sakadang Buhaya

Setelah ramai tawa dari para guru merespons perintah Presiden Soeharto, selanjutnya dalam waktu singkat, Istora Senayan hening.

Ribuan guru tak ada yang berani bicara ataupun berbisik-bisik. Situasi hening. Tak ada satu suara pun. Kemudian Presiden Soeharto berucap.