HARIANHALUAN.COM – Sejumlah mahasiswa di 79 universitas yang terdiri dari setidaknya 15 provinsi di China melakukan aksi protes terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Terutama karena terjadinya tragedi kebakaran di apartemen di daerah Urumqi yang menelan banyak korban jiwa pada Kamis, 24 November 2022 silam.
Juga memprotes kebijakan karantina sangat ketat yang ditetapkan oleh pemerintah dalam penanganan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang skalanya sudah menurun menjadi epidemi tak seperti pada tahun 2020 awal lalu.
Baca Juga: Ayah Anti Mainstrem, Kim Jong Un Ajak Putrinya Blusukan Cek Rudal Balistik Antarbenua
Para demonstran yang melakukan aksi di Beijing kemudian berkumpul di dekat sungai Liangma sambil membawa beberapa atribut salah satunya dengan membawa kertas putih kosong sebagai bentuk sindiran.
Mereka menyerukan aspirasi-aspirasi bermakna satire, seperti ‘Aku ingin dikarantina sampai mati, aku ingin melakukan tes Covid-19’.
Seruan-seruan tersebut bermakna sindiran karena suara mereka yang menuntut pemerintah untuk mengubah kebijakannya tidak digubris, dengan menyerukan kalimat-kalimat yang ingin didengar oleh pemerintah, para demonstran berharap pemerintah bisa menindaklanjuti protes mereka agar tuntutan mereka dapat dipenuhi.
Terlihat dalam beberapa video yang beredar, para demonstran pun terdengar menyerukan kalimat kalimat kepada Presiden China, Xi Jinping, untuk turun dari jabatannya.
Di Wuhan sendiri, sekitar 10.000 masa terlihat memadati beberapa daerah seperti jalanan Hanzheng untuk melakukan aksi protes yang sama.
Aksi protes ini kemudian menjadi perhatian dunia, terlebih saat negara-negara lain mulai melonggarkan aturan dan kebijakan penanganan berkaitan dengan Covid-19, Pemerintah China justru melakukan karantina ketat.
Masa yang berjumlah besar yang memadati berbagai tempat di wilayahnya masing-masing seolah menegaskan bahwa rakyat China menentang keras kebijakan yang diambil China dalam menekan angka Covid-19.***