HARIANHALUAN.COM- Kebebasan terlalu sering diintervensi oleh pemerintah saat Soeharto meraja. Urusan internal partai yang sempat menjagokan putri Trah Soekarno, Megawati pun tidak luput dari perhatian.
Penempatan Soerjadi sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) oleh pihak pemerintah, memecah kubu pendukung partai menjadi dua. Setengah massa memilih memihak Megawati dari Trah Soekarno.
Pergerakan besar-besaran yang juga dilakukan dari sisi internal masing-masing kubu akhirnya pecah di Jakarta, 27 Juli 1996. Penyerbuan kantor DPP PDI menelan banyak korban, terutama dari pendukung Megawati, Trah Soekarno.
Baca Juga: Panas! Elon Musk Tuding Apple Blokir Twitter dari App Store
Dilansir harianhaluan.com dari kontras.org, korban dari peristiwa berdarah yang juga disebut "Peristiwa Kudatuli" masih juga belum mendapat keadilan hingga saat ini.
Berdasarkan temuan Komnas HAM, penyerangan oleh massa kubu Soerjadi dibiarkan oleh aparat keamanan, terutama yang sedang bertugas saat itu.
Sebelum peristiwa pecah pada Sabtu Kelabu itu, berita penyerangan sudah terdengar isunya sejak beberapa waktu yang lalu. Suasana sekitaran DPP PDI pun mencekam dan mulai dijaga oleh pendukung Megawati.
Naas, setelah penyerangan dilakukan, korban jiwa pun berjatuhan. Ada lima orang meninggal dunia, yaitu Asmayadi Soleh, Suganda Siagian, Slamet, Uju Bin Asep dan Sariwan.
Artikel Terkait
Kisah Ibunda Megawati Soekarnoputri: Lahiran, Pendarahan, Anak Umur 2 Hari Suami Izin Nikah Lagi
SBY dan Megawati Sudah 'Mesra' Kembali, Simak Fakta-fakta Hubungan Keduanya, Pernah Seteru Sampai Duduk Bareng
Mengenal Desentralisasi Fiskal, Warisan Eks Presiden Megawati, Putri Trah Soekarno
Ingkar Janji Megawati Akhiri 35 Tahun Vakum Trah Soekarno di Dunia Politik
Ketika Megawati Kerahkan 3 Orang Khusus untuk Nego dengan IMF, Begini Endingnya
Petir Bersahutan Ketika Megawati Lahir, Ini Kisah Trah Soekarno yang Terpendam