HARIANHALUAN.COM - Megawati merupakan pendobrak trauma politik dalam keluarganya. Setelah 35 tahun vakum, wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini hadir menjadi penerus trah keluarga Soekarno di dunia politik Indonesia.
Tampil sebagai sosok yang pendiam, nyatanya justru membuat Megawati menjadi salah satu bintang politik di masa itu. Terbukti di tahun 1993, dirinya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI.
Meski sempat mengalami naik turun dalam karier politiknya, Megawati tetap tak gentar untuk terus mempertahankan kursinya. Konflik yang terjadi antara dirinya dengan pemerintah pada masa itu, tak membuatnya gentar. Bersama para pendukungnya, ia dengan tegas menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah kala itu.
Baca Juga: Momen Lucu Tenda Sakinah untuk Hubungan Intim Korban Gempa Cianjur
Perjuangannya tak sia-sia. Meski sempat tidak diperbolehkan mengikuti Pemilu 1997, namun dirinya sempat merasakan duduk di kursi nomor satu Indonesia, menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati berhasil mencatatkan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia ke-5 dengan masa periode 2001 hingga 2003.
Meski lahir dari keluarga politisi top tanah air, pada awal kemunculannya, Megawati dinilai kurang piawai dalam hal berpolitik. Ditambah lagi, dia tidak pernah belajar politik selama bersekolah.
Seperti sang ayah, Ir. Soekarno, Megawati mendalami dunia politik dari pengalaman hidupnya. Sejak kecil, Mega sudah terbiasa melihat sang ayah yang sering dikunjungi tamu-tamunya. Sang ayah juga terbiasa mengajak Megawati ngobrol tentang berbagai hal yang dibicarakannya bersama tamu-tamu yang datang.
Baca Juga: Menguak Sosok Pria yang Taklukan Puan Maharani, Trah Soekarno Penerus Megawati
Megawati memiliki prinsip, memasuki dunia politik haruslah total. Saudara-saudaranya banyak yang tak menyangka dengan pilihan Mega ini. Sang penari yang bersuara lembut dan halus gerak, berani untuk memutuskan terjun ke politik praktis yang keras dan maskulin.
Bersama sang suami, Taufiq Kiemas, Megawati memang memutuskan untuk keluar dari nota kesepakatan keluarga yang dibuat pada 1982. Ditandatangani oleh putra-putri Bung Karno yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh, Bayu, serta Taufan, nota ini berisi konsensus anak-anak Soekarno untuk menjauhkan diri dari keberpihakan pada kekuatan politik yang dibolehkan tampil. Mega dan sang suami sepakat untuk berdiri di atas semua golongan.
Sebagaimana kata Kwik Kian Gie yang Harian Haluan kutip dari laman resmi kemdikbud.go.id, Megawati tidak terlalu menonjol dalam ruang sidang DPR, tetapi kehadirannya seperti kekuatan gravitasi yang memancarkan energi tarikan kuat saat PDI mengerahkan massanya.
Baca Juga: Momen Lucu Tenda Sakinah untuk Hubungan Intim Korban Gempa Cianjur
Tak bisa dipungkiri, nama Soekarno yang melekat pada namanya berhasil menarik massa yang bisa mengantarkannya dan mempertahankan kedudukannya di politik Indonesia hingga saat ini.***
Artikel Terkait
Megawati Jokowi Bertemu Ada Bahas Pemilu 2024: Ancaman yang Dipikirkan Mega Kini Terbukti
Megawati si Penerus Trah Soekarno Terima Penghargaan Khusus dari Vladimir Putin, Orang Indonesia Pertama Lho
Makam Ibunda Megawati yang Melahirkan Trah Soekarno Bukan di TMP Kalibata, Ini Lokasinya
Tak Selalu Mulus, Simak 'Sepak Terjang' Megawati Soekarnoputri Memulai Kiprah hingga Kuasai PDI Perjuangan
Masa Kelam Megawati Dibungkam Soeharto, Trah Soekarno Ini Keluarkan Perintah Mengagetkan