HARIANHALUAN.COM - Sosok Megawati tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Megawati atau yang memiliki nama lengkap Megawati Soekarno Putri merupakan anak kedua dari presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno.
Selain menjadi anak presiden pertama Indonesia, Megawati juga populer karena merupakan ketua umum salah satu partai terbesar di Indonesia PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).
Tak ayal sosok Megawati dan kepemimpinannya di PDI-P banyak diperbincangkan publik.
Baca Juga: Marhaenisme Dituding Dekat dengan Komunis, Megawati Buka Suara
Apresiasi maupun kontroversi turut serta mewarnai perjalannya di bidang politik.
Dalam meniti karirnya di bidang politik, tentu tak berjalan mulus begitu saja banyak polemik yang harus ia lalui.
Sebagaimana dalam mempertahankan jabatannya sebagai ketua umum partai banteng tersebut, banyak lika-liku yang harus ia lalui.
1. Gesekkan internal
Dilansir dari Tirto, bermula dari kehadiran Megawati di PDI atas ajakan dari Suryadi dengan tujuan untuk meningkatkan pamor partai tersebut.
Benar saja, pamor PDI meningkat setelah masuknya Megawati masuk dalam partai tersebut.
Hal tersebut terlihat dari naiknya elektabilitas PDI dalam pemilu 1987 yakni berhasil memperoleh 10 persen suara atau 40 kursi.
Begitu pula pada pemilu 1992 yang meningkat kembali menjadi 14 persen suara atau setara dengan 56 kursi.
Akan tetapi kehadiran dan keberhasilan Megawati tersebut menurut Suryadi dapat menimbulkan keresahan dan tidak disukai oleh pemerintahan Soeharto.
Kemudian pada tahun 21 Juli 1993, dilaksanakan Kongres IV Medan dengan hasil dari kongres tersebut Suryadi terpilih menjadi ketua umum PDI.